Dialog Perdamaian Murid dan Guru

Guru, ini pernah terjadi dalam hidup kita. Berulang-ulang kali. Pendangkalan berlawanan arah kembali lagi terjadi, guru. Dan aku capek melangkahi awal yang sama.
Siswaku yang Mahasiswa. Coba lihat gambar ini. Dalam waktu 5 detik, adakah yang salah menurutmu?
(ket.gambar: kibaran bendera ke belakang pada saat layar terkembang, sebuah miniatur perahu layar)
Guru, aku tidak berani menjawab, walaupun aku tahu kepada siapa. 
Berarti kamu sudah tahu jawaban sementara. Tapi aku tidak bicara siapa-siapa. Ini pelajaran mendasar hidup umat manusia.
Guru, tidakkah lebih baik belajar soal kematian? Ternyata waktu 5 detik pun, bukan lagi milik manusia pemilik jagad untuk bicara kehidupan. Kalau begitu, sia-sia berpikir tanpa bicara siapa. 
Siswaku, renungkan satu hari saja, agar kamu tahu lebih banyak tiap-tiap detik itu. Besok kamu aku liburkan. 
Guru, apa maksudmu sebenarnya? Aku protes pernyataan itu.
Siswaku, untuk mau dimengeri, mengertilah dulu panggilan imanmu. Kamu pernah menanyakan arti panggilan ketika berdiri di atas panser. Tetapi nyatanya, kamu tidak melepaskan satupun peluru dari mesin bren beratmu itu. Padahal ada perintah tembak. Mengapa? Kamu memang memanipulasi hal itu karena satu alasan. Banyak perintah-perintah yang tidak sama, berubah setiap detik. Kamu mendapatkan keringanan sanksi karenanya. Puaskah diri mencuci tangan? Mengapa tidak berani jika kamu hanyalah pion? Guru tahu sesungguhnya satu alasan. Tidak ada yang salah dengan konsistensi prinsip dan iman. Kembalilah ke habitat itu sekarang. Karena kamu terlena dengan otak 5 detik dalam diam. 


Hei, matahari tidak tenggelam di laut. Hukum-hukum besar hatinurani manusia tidaklah berbeda. Maukah keutuhan manusiamu tenggelam di laut? Maukah kamu dibilang tidak gila hanya karena ikut-ikutan? Kebebasan pilihan adalah anugerah. Maka dengan kebebasan itu kamu akan menemukan prinsip-prinsip hati nuranimu tanpa takut atau ikut-ikutan. Kerajaan surga bukanlah dunia. Uni jagad raya bukanlah surga. Tetapi kita bukanlah debu jaman. Kita bukanlah kutukan jaman. Kita tidak ditutut untuk penebusan dosa-dosa sejarah. Panjangnya sehelai rambutmu itu, adalah ukuran umur hidupmu. Sama dengan ukuran detik per detik dari angka 5. Lalu... hanya untuk berpikir kepada siapa? Sesungguhnya,  kekekalan perubahan waktu terikat dengan hati nurani manusia satu dengan manusia satu lainnya. Siapapun ia, bukan karena seiman atau tidak. Musuh atau bukan musuh, pelurumu telah tertahan. Inilah tuntutan panggilanNya. Jangan menoleh lagi seperti bendera itu. Kamu menyanggah kehendak Guru Tertinggi kita?
Guru, cukup, cukup. Maafkan aku yang lelah untuk menahan diri dan lupa.
Siswaku, tebarlah kesabaran, dan kamu akan menuai kasih di ladang imanmu. Gunakan kekerasan jiwa dan kekokohan prinsip sekeras-kerasnya, untuk tanganmu berkarya. Untuk  akalmu membelah kesalahan dan kebenaran, pada tempatnya yang tepat. Ingatlah, Guru Tertinggi lebih mencintai kebersihan dan kesucian hati, daripada dendam dan benci. Maka kasih adalah kemenangan abadi. Kebencian akan menyisakan kesalahan, kekecewaan, penyesalan terdalam, kerapuhan jiwa, bagi siapapun dan dimanapun ia berada. Lalu, jangan tarik-tarik tiang kakiku demi pamor. Jangan mudah terjebak dalam lingkaran pikiran semata hanya dengan makanan pengakuan. Karena apa? Jika hanya memanjakan lemahmu dalam keteguhan, maka bendera dendam dan kebencian selamanya berlawanan arah. Kamu bukan senjata kebencian. Ingatlah, satu kamu berati bagi semua.
----------------------------------------------
Keterangan : Perdamaian II (tulisan lama)
-
-
Chris De Burgh: The Road To Freedom Lyrics
Songwriters: Chris De Burgh

I feel the wind blowing through my doorway
It?s telling me that the summer?s gone
And the winter waits in shadow
Waiting with the storm

I am old and my bones are weary
And my son he is all I have
But he has gone to fight for freedom
Leaving with my heart

All my life I have loved this land
Worked it with my hands
But can this freedom send the rain
When seed is in the ground

Can this freedom heal the pain
And bring my boy back to me again?
Oh oh oh

I watched them sail from the rocks below me
'Twas like the sea in its endless rage
Many fall on the road to freedom
Dying on the stones

All my life I have loved this land
Worked it with my hands
But can your freedom send the rain
When seed is in the ground

Can your freedom heal the pain
And bring my boy back to me again?
Oh oh oh

Late last night as the world was sleeping
I dreamed my boy, he was calling out
'Cos he was lost in some dark forest
And snow was falling down, falling on the ground, ooh
---------------------------------------------------------------------
Sumber lirik : http://www.metrolyrics.com/the-road-to-freedom-lyrics-chris-de-burgh.html , Youtube : http://youtu.be/lzWLI4aUuo0