Nyamuk Usil di Hidung Nyonya Re-Potifar


Seekor nyamuk sedang usil di hidung mancung mulus, Nyonya Re-Potifar. Gara-gara mulut lebar Nyonya kalang kabut, "Blah, blah, blah!" sampai tiga kali. Dentumannya dahsyat bagai pukulan pentungan sebesar Monumen Nasional. Pas vonis keempat dijatuhkan, hidungnya bersin-bersin, gemparlah seisi jagad raya. "Ini dia yang ditunggu-tunggu, Supernova." Tidak ada yang perlu ditutupi lagi, setelah dipelototin Tuan Re-Potifar. "Ogh, wajah ini berubah-ubah, bukan akibat pesona... cecintaan, tapi penuh dengan... dengan virus jadi-jadian," jawab Nyonya tanpa sadar saat terpentung balik. Dalam hati, nyambung nggak nyambung, masa bodoh.

Seandainya menderita itu 'seolah-olah' seumur hidup, jangan-jangan benar dong, jadi pesakitan karena  cinta-cintaan. Hacimmmmmmmmm. Virus-virus epidemi beterbangan ke penjuru kutub. Ingin sekali bersemedi. Hasilnya? cilukba. Angkat banting, bolak-balik, metode primitif  dan sekarang? ribuan tahun sama saja. Kebenaran diletakkan di tengah-tengah, seribu sudut kosmos digiring menyatu. Yah, ketahuan otoriter menarik konklusi, pokoknya begini-begitu. Dalam hati, nyambung nggak nyambung, masa bodoh.

Kesah Nyamuk, "Dulu Nyonya sebut aku, SAHABAT BAIK. Di jidat, kubentuk tekstur batu karang. Di plat cetakan, 'Sahabat Terkasih'. Di versi afirmasi, 'block dan add' lagi. Demi jawaban tes akhir, benar atau tidak benar, 'Kalau nggak suka, jangan dilihat'. Ah, bahasa Nyonya kayak abg saja, yang lagi senang-senangnya berputar-putar mengikuti letupan lagu. 'Au-au' di depan cermin. Seluruh mata buas bergelinjang menatap diriku. Hingar-bingar tepuk tangan dan teriakan bersahutan, 'Oh, itu dia gaun Marilyn Monroe. Suit-suit, suit-suit.' Ini masih wajar, sendirian. Tapi di atas meja di depan kelas? Dalam hati, sengaja nggak sengaja, tipis. Yang penting.... happy."

"Jadi nih sekarang.... maksudmu SAHABAT BAIK itu apa, Nyonya? kalau masih tertinggal nama, tapi seluruh aksara 'merubah' warna seperti lembaran berkabut putih. Rengek-merengek mengiba aklamasi, 'Hidupku bahagia. Jangan diganggu'.  Atau sinyal terselubung, 'Oh dunia bawah tanah, tolonglah tolong'. Tetapi di kesempatan yang sama, barang bukti ikut sekalian bersih-bersih. Ah, sudah pernah dijawab, bukan. Mulutku sana, mulutku sini. Dalam hati, sengaja nggak sengaja, tipis. Yang penting.... happy."

Mengapa tidak nyata menjadi alasan, padahal konteks dan asumsinya sederhana? Atau memang sengaja telah didesain, wajah-wajah palsu yang serupa, yang pasrah dalam diam dijadikan bahan bakar pikiran sempit di tengah-tengah Colosseum. Mulut siapa yang paling berani paling tega, dialah sertifikat kejujuran dan kebenaran. Lie detector hancur berantakan, sel-sel zombie nggak mengerti diplomasi : maaf hanya pengakuan kesalahan atau urusan kalah menang. Yang penting penampilan tak lepas dari fluktuasi harga sayur-sayuran.

Mau Nyonya labirin menyiasati, tapi "Blah, Blah, Blah" masih tersimpan aman di sarang Nyamuk. Tidakkah itu fakta spesifik kebenaran, terang-benderang? Keluar dari gerbong tema utama, underestimate, like and dislike, apa hukumnya waktu wajib bergeming. He,he,he.....

Nyamuk menunggu pemulihan aksara memar:

Kelihatan jelas gejalamu. Racuni saja lautan dengan seribu cara, sia-sia. Nyawaku memang seribu jika itu syaratnya. Saat niat nyawa yang ke-999 melayang jauh, degub jantung asyik 'tuk berbisik, "Senyum dong, atau kutowel hidungmu Sahabat, semusim di layar monitor ini." Tetapi seluruh nadi tak berdaya mengalirkan keyakinannya sendiri karena pasti ngakngikngok di ujung sana, 'Nggak terasa tuh! Namanya juga monitor. Layarmu berbeda dengan layar emasku'. Setelah nafas Nyamuk menghilang, nisan tertulis slogan. Dengan ini menyatakan, 'Nyawaku satu. Tapi aku ada di mana-mana. Seribu tahun lagi. Prinsipku permataku'. He,he,he...

Hai... perlu tidak perlu jemari masa lalu berkecipakan di bayangan keruh selamanya. Sementara di mana pun ia berada, 'Engkau tetap Sahabat.' Hayoooo...  ratapan di atas makamku tak jemu menunggu jadwal kereta siang.  Warna aksaramu Sahabat, berubah. Jangan lagi bersungut-sungut, demi menutupi borok malu rekaan skeptis kalau yang dikritik bukanlah lagi tipe lebay-mu itu. Buang saja ke laut. Sebab, semua tidaklah seperti yang terlihat dari kanal-kanal di layar dengan kasatmata sendiri.


Ketika kita pernah merasa tidak waras,
kopinya manis kian menyarat kisah, semanis kian menyirat makna*
Ketika kita pernah mengalami gembira luar biasa,
kopinya pahit sepahit kidung elegi, kian merintih di ujung sakratulmautnya*
Bukanlah masalah seorang penjala makna aksara mumpuni,
waktu bukti yang cerdas, bagi yang mampu menguasai diri
Ia memiliki banyak kanal cara pandang,
waktu bukti yang cerdas, bagi pikiran yang sejalan dengan prinsip-prinsip di hati

BAIK itu pilihan. Tidak ada yang campur tangan selama ini. Golden Rule setiap manusia tetap berlaku. Seruput kopi jangan ragu-ragu. Sekaranglah cerdas menanti dengan sambutan terbaik, di waktumu. Ini pentungan candaku, yang asli sudah lama di titik beku. Move On SAHABAT-ku.

"Nyamuk Usil" itu pun tersenyum dan berlalu dari hidung "Ny. Re-Potifar", setelah mendengar kisah beliau berlayar bersama Calypso.



Renungan Akhir "Thinking Out Of The Box"

Seorang senior pernah menasihati, "Jangan galak-galak!" setelah aku berhasil memimpin sebuah rapat besar yang penuh dengan rekayasa mereka. Anggota-anggota seangkatanku bertepuk tangan, mengelu-elukan, bahkan melambungkan badanku dengan bangga. Aku jawab permintaan senior itu, "Aku galak hanya kepada yang galak." Hanya dalam renungan singkat di saat yang sepi, tanpa suara-suara yang mengganggu, aku menemukan jati diri dari sosokku yang super-lebay itu. Betapa bodohnya aku. Reaksiku adalah hasil dikte, terindikasi sama melakukan underestimate. Sesungguhnya adalah alpa :

Membaca dengan mata hati, hasilnya berbeda dengan yang terlihat dari kasatmata.
Di alam semesta, ada yang jauh lebih besar daripada matahari. Nilai yang abadi.
Pengetahuan teknis karya tidak melekatkan harga apapun, jika nihil konsistensi.

Totalitas ini mengisyaratkan kesederhanaan. Apa yang akan aku lakukan, belajarlah dari apa yang menjadi akibatnya, apa yang akan dilakukan orang lain karena perlakuanku. Di saat aku melihat sosok yang menjulang tinggi di belakang, di depan terbentuk jurang yang dalam, yang dengan sabar menunggu kejatuhanku. Saat itulah kusadari, hanya diamku sendiri yang mengambil tanggungjawab. Benih yang jatuh di tanah tidak menghasilkan buah yang berlimpah-limpah. Fitrahnya mati sia-sia. Tepuk tangan tetap membahana, berasal dari mereka yang tidak menyukai keadaan awal. Yang tidak bertepuk tangan, mereka tetap berada di atas.

Pertanyaan : Bagaimana kalau "aku" tak lain adalah karya-karyaku dan perbandingannya yang tidak terkungkung oleh pakem kenyamanan di dalam komunitasku saja?


Catatan :
*) Terinspirasi dari status fb. sendiri: "Sebab kehidupan tidak mengenal keindahan tanpa mengetahui keburukan". Waktu masih kecil, penulis sering mengeluh dengan lompatan logika yang biasanya terjadi dalam canda-canda orang dewasa. Terutama bagi yang sudah empat puluh tahun ke atas. Tulisan bergaya bebas kali ini berusaha menangkap fenomena tanpa ukuran mutlak benar-salah. Sekedar canda dan Move On Sahabat Baikku. Lagu diinterpretasikan sebagai spirit menghadapi kenyataan dunia yang tidak selalu seperti yang kita inginkan.
Link lirik : http://www.lyricsdepot.com/john-denver/calypso.html


Calypso
John Denver

To sail on a dream on a crystal clear ocean,
to ride on the crest of a wild raging storm
To work in the service of life and living,
in search of the answers of questions unknown
To be part of the movement and part of the growing,
part of beginning to understand,

Aye Calypso the places you've been to,
the things that you've shown us,
the stories you tell
Aye Calypso, I sing to your spirit,
the men who have served you so long and so well

Hi dee ay-ee ooo doo-dle oh
oo do do do do do doo-dle ay yee
doo-dle ay ee

Like the dolphin who guides you, you bring us beside you
To light up the darkness and show us the way
For though we are strangers in your silent world
To live on the land we must learn from the sea
To be true as the tide and free as a wind swell
Joyful and loving in letting it be

Aye Calypso the places you've been to,
the things that you've shown us,
the stories you tell
Aye Calypso, I sing to your spirit,
the men who have served you so long and so well

Hi dee ay-ee ooo doo-dle oh
oo do do do do do doo-dle ay yee
doo-dle ay ee

he dee Ay-ee
Hi dee oh ooo
hi dee ayee
hi dee oh ooo