Cahaya Kristal Matahari, Dia Tidak Peduli

Semua yang pernah ia lakukan di ruang memoriku, semuanya, dia tidak peduli.

Engkau bisa mencabik-cabik kertas partitur segala tumpahan himneku. Lemparlah kemana saja.  Di sela sampah-sampah, di tempat yang paling hina berkubang lumpur, sesukamu. Aku akan memungut dan rekatkan serpihan yang terbuang itu. Silahkan. Walaupun urat-urat di kedua tangan ini telah lama menyadari, ia tidak bisa selamanya menemanimu, aku di tempat itu melakukan apa yang seharus aku dilakukan.  

Engkau bisa berpaling dan lari menjauhi taman wiramaku. Mencabar seribu gunung, merintangi lembah-lembah, arungi sungai dan samudera, hilang sudah rekam tilas, silahkan. Aku akan naungi rebahan sirna tanpa telingamu sudi mendengar. Sekalipun kedua kaki ini telah lama isyaratkan, ia tidak bisa selamanya bersamamu, aku di taman itu melakukan apa yang seharus aku dilakukan. 

Engkau bisa membanting jendela cahaya sekeras-kerasnya di hadapan ruh syairku, bila dingin mematikan perlahan tersentuh di kulitmu. Detik demi detik, hari demi hari, lakukanlah. Aku menanti di ujung musim berganti, tiada kan redup menangkup ibamu. Sudahlah, bara di jiwa ini telah lama mengetahui, meski tidak bisa selamanya bersamamu, aku di balik jendela itu melakukan apa yang seharus aku lakukan. 

Dia tidak peduli, keutuhan kontekstual yang pernah melatari musikku, semuanya. Dia menyeka matahari dengan kehangatan sapa di jiwaku, "Tidak peduli hari-hari kekalahan pertarungan batin, berlari dengan borok nanah di tapak kaki, semua aral di jelang. Aku harus lebih baik daripada kamu. Impian indah kebersamaan insan di atas mimpi-mimpi, alam semesta takkan pernah membatasi. " Ia hanya tahu bagaimana harus mengembalikan belahan jiwanya yang hilang, dari apa yang ia ketahui, bagaimana aku pergi meninggalkan dirinya. 

Dia menolak tunduk, setelah melihat dari dekat status kegamangan dan harapan memandang hari esok. Lebur emas harus diuji dengan api, tapi pandangan matanya meleburkan mata batinku seperti kristal dalam ikatan murni. Tidak perduli klaim atas prasangka, air ludah dengan sumpah serapah terhambur di depan rumahku. Karena sesungguhnya, dialah oase kesejukan hati yang mau menerima , dialah mustika embun kerelaan hati yang mau merasakan;

Dia melalui aku, adalah ketidakadilan karena kepongahan berbusung perut yang lapar akan kemuliaan tanah dan tahta bumi, adalah rupa wajah-wajah teradili salah melangkahi kebenaran penghakiman akhir di ujung gapura baka , adalah altar bagi tiadanya pengakuan segala tumbal bak sampah beraroma busuk sepanjang sejarah. Dialah, kecemasan dan ketakutan karena daging dan darah yang terkungkung ruang dan waktu. Hingga genaplah yang tersurat, betapa manusiamu bukan neraca keadilanku. 

Sekiranya aku tahu, bagaimana harus melepaskan seluruh duri berantai yang menyayatkan luka membilur di sekujur hatinya karena dikhianati, dari apa yang dia alami, bagaimana aku pergi meninggalkan dirinya, inilah titis bait-bait jawaban. Satu lagi ayunan baton bertema penghayatan rekonsiliasi notasi dan kenyataan sehari-hari ;                                     

Kristal Cahaya Matahari

Benar, dia tidak memilih 'siapa itu siapa' bagi kesejatian bersahaja 
tidak utama 'sarwa yang ada' milik siapa mengultuskan siapa
Khusyuknya pada satu untaian resonansi prelude piano di konser nanti, hanyalah 
keinginan yang sederhana, pada siapa hendak tersapa,
bagaimana dia menempatkan dirinya kalau bukan di hati kita

Kembara musik tak lekang di tepian mayapada, 
terdengar sabda alam 
Keutamaan pengorbanan tak lekang di tepian jiwa, 
kalam mahardika kan bersemayam 

Mereka-mereka di hadapan lingkar ensambel, akan memetik artistik wiramanya sendiri 
kezaliman ego berkaca pada alur luka-luka batin, bahwa dia tidak perduli 
Sejenak korus beruntun menilik satu jeda sepanjang pilar singgasana harmoni 
Kadensa yang lama diam terpaku durasi sepi
pun diam menanti sentuhan akhir kebeningan gema bersilih
bagaimana kata-kata memaafkan menempatkan dirinya, kalau bukan dari hati
ketika ingin bicara, fenomena itu cahaya kristal matahari

----------
Obrolan facebook masuk, "Bang, aku tahu, inspirasi ini dari mana." "Dindaku.... " Dessy menyela, "Cie, dinda ni ye, jadul ah." "Aku sih lupa. Tapi kata-kata akhir si aktor itu memang luar biasa. Entar yah, mesti tarik nafas dulu, ku ucapkan lagi dengan hela nafas lembut selembut salju. Cinta juga adalah menyerahkan kebahagiaan anda sendiri untuk kebahagiaan orang lain," jelas Kondrad . "Uhuy.. Apalah Abangku ini. Semuanya dijadikan inspirasi. Cinta itu kan banyak jenis dan keutamaannya. Ada yang hilang tuh di depannya. Mencintai tidak harus memiliki."

"Dess, benar, maksudku ada garis yang sama. Sebenarnya seh, sebagian terinspirasi dari konten-konten di blog lain yang kadang bikin panas telinga. Mesti dihadirkan pengertian selaras garis itu." Tiba-tiba disela, "Ah, kabur dulu ah. Tatut salah interpretasi." "Dessy, aku berusaha mengikuti nasehatmu. Kalau nulis itu yah nulis saja. Lepas." Dessy kukuh, "Cyauuuu ah, suka-sukaku, aku kan bisa berubah-ubah setiap waktu." "Selalu begitu, belum selesai bicara udah kabur, ampun dah." Kondrad makin jera walaupun semakin suka dengan 'suka-sukanya' Dessy. 
-----------
Catatan :
Klik teman musik inspirasi. Love is a mystery, Ludovico Einaudi (sumber Youtube)