Murid itu berlalu. Sang guru sebenarnya memendam kekaguman atas muridnya tadi. Dialog itu mengangkat kembali kenangan akan anaknya yang tersungkur dalam pangkuan. Ia mati bersama laskar-laskar perdamaiannya. Masih tersimpan, rekaman catatan doa seorang anak yang berbicara tentang nilai keabadian dalam sakratul maut, saat satu peluru telah menembus dada dan menelan bulat nafas terakhirnya, setelah mulut terucap doa,
-Yah Tuhan,
Ketika mataku masih merasa,
ketulusan mengukir lukisan hati kami
Seperti butiran embun membasahi tangan
Dan embun itu telah berubah menjadi air mata
Inikah kasih yang Engkau berikan bagi kami?…….
Akankah air mata ini selamanya menjadi darah?
Tuhan, jawablah dalam doaku
Aku sesungguhnya mencintai ketenangan
dan inginkan perdamaian
Tapi dunia selalu memberi alasan
Tidakkah kasih itu ada karena anugerahMu?
Dan keabadian kasih itu
adalah ciptaanMu sesungguhnya….
tidak Tuhan, aku tidak mengumpat cobaanMu
Aku hanya ingin Engkau mengerti
Kasih pasukanku adalah tulus,
kasih pasukanku adalah murni, dan kasih itu abadi
Jika sesaat nanti tiada ruang dan waktu,
tetap ada harapan yang menyelamatkan kami
Hanya itu saja yang aku minta……hanya itu saja
Kalau memang tulang dan daging dingin ini
tersiksa menjadi tanah
harapanku haruslah tetap abadi dan,…..
menjadi milik musuh musuhku
Karena kami sesungguh mengerti dengan Allah yang sama,
Tuhan yang sama
Satu dan penuh kasih
Maka kehendakMulah yang terjadi
Ayah, damaikan hatimu
ketulusan mengukir lukisan hati kami
Seperti butiran embun membasahi tangan
Dan embun itu telah berubah menjadi air mata
Inikah kasih yang Engkau berikan bagi kami?…….
Akankah air mata ini selamanya menjadi darah?
Tuhan, jawablah dalam doaku
Aku sesungguhnya mencintai ketenangan
dan inginkan perdamaian
Tapi dunia selalu memberi alasan
Tidakkah kasih itu ada karena anugerahMu?
Dan keabadian kasih itu
adalah ciptaanMu sesungguhnya….
tidak Tuhan, aku tidak mengumpat cobaanMu
Aku hanya ingin Engkau mengerti
Kasih pasukanku adalah tulus,
kasih pasukanku adalah murni, dan kasih itu abadi
Jika sesaat nanti tiada ruang dan waktu,
tetap ada harapan yang menyelamatkan kami
Hanya itu saja yang aku minta……hanya itu saja
Kalau memang tulang dan daging dingin ini
tersiksa menjadi tanah
harapanku haruslah tetap abadi dan,…..
menjadi milik musuh musuhku
Karena kami sesungguh mengerti dengan Allah yang sama,
Tuhan yang sama
Satu dan penuh kasih
Maka kehendakMulah yang terjadi
Ayah, damaikan hatimu
agar aku kembali bebas di dalam TanganNya
--------------------------------------------------------
Keterangan : Postingan lama
Terinspirasi dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Khan_Abdul_Ghaffar_Khan
Terinspirasi dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Khan_Abdul_Ghaffar_Khan
Postingan lama, Perdamaian III (tamat). Lanjutan dari :
-
-
How Can I Keep from Singing Lyrics
Artist(Band):Enya
My life goes on in endless song
above earth's lamentations,
I hear the real, though far-off hymn
that hails a new creation.
Through all the tumult and the strife
I hear it's music ringing,
It sounds an echo in my soul.
How can I keep from singing?
While though the tempest loudly roars,
I hear the truth, it liveth.
And though the darkness 'round me close,
songs in the night it giveth.
No storm can shake my inmost calm,
while to that rock I'm clinging.
Since love is lord of heaven and earth
how can I keep from singing?
When tyrants tremble in their fear
and hear their death knell ringing,
when friends rejoice both far and near
how can I keep from singing?
In prison cell and dungeon vile
our thoughts to them are winging,
when friends by shame are undefiled
how can I keep from singing?
------------------------------------