Catatan tentang Inspirasi

Momen Kuda Lumping*

Kusimpan kisah ini terkait ‘harus diimbangi’ dan kontroversi tulisan Kasim di majalah mahasiswa. Cocok dia dengan doktor itu. Lain habitat sama cergas. Pada saat memberikan materi latihan dasar kepemimpinan - kegiatan rutin eksternal - sebenarnya dia yang kuaplaus.

Lupakan dulu proses yang mengandalkan memori! Terkadang hambatan interpretasi tak ketulungan meleletkan. Rekam jejaknya mensyaratkan jangkauan link serta dalamnya guratan kesan keterlibatan. Tanpa terlatih, tenggelam dalam keraguan. Sefragmen tegalan gersang merasai rinai hujan, salah satu kawan kita mengguguskan persamaan alamiah dinasti berdarah biru, perkawinan ala aliansi Genhis Khan, Napoleon, dan seterusnya. Samar-samar Marc Antony mengencingi pot tanaman di samping Cicero, Spongebob berpiama dan bernyanyi ria, jeratan Reighstag lepas karena pernikahan di luar negeri, termasuk eugenetika yang rasis. Entah apa lagi selagi relevansinya berkorelasi Huha - hasil-hasil pemola keberaksaraan Huha. Ya, kelak guntur membumikan mimpi. 

“Lanjutkan doktrin versus Huha! Kami rindu mahakreasi. Kami siaga di belakangmu. Hadapi!”


Push The Limits

Awal spektrum, ia seolah-olah peristiwa lanskap alam - satu rahasia kreasi yang pernah dan langka. Preferensi Freudian, kekuatan dunia bawah sadar. Ia tersketsa curahan abstrak melewati kurva perlintasan ruang dan waktu secara natural. Ia pula memupus diri sebilangan detik seperti hadirnya yang tak disengaja. Sangat asyik dan menantang karena, ia hidup terpulang kepada gerak lincah pena di atas kertas kerja, perekam suara atau pengabadian serupa yang senantiasa tersia-sia. Ia wujud jiwa besar yang mau mendengar, 

Aku, aku sebenarnya bukan siapa-siapa. Gulungan papirus dinauingi bintangnya sendiri, bukan legendaku atau pembungkus ikan asin. Habent sua fata libelli. Ketika ku didiksi, tidak hanya satu kehadiran sketsaku diperuntukan, tidak hanya satu cahaya literatur mengedipkan siratan:  

Apa yang terasa di observatorium kauvirtual, kaunyata, sesungguhnya bagi kami tidak. Ganjalan stratum tidak, hambatan maknetis tidak, gangguan blitz tidak, guritan stagnan tidak pula. Kata-kata kunci terkunci mati tidak, kehabisan visualisasi tidak, berat terbeban karena kebetulan sama tidak, takut-takut salah bagiku tidak. Sekali tidak, tidak, tidak, semakin tidak. Katakan tidak itu sadar isi, sadar struktur, sadar visual, sadar imaji, sadar dimensi, sadar dinamika, setataran kesadaran di bening netramu!

Selama prasyarat spektrum terpenuhi - sambarlah satu dari curahanku yang paling mengena; selama nyalimu adalah diriku – aku, aku bukanlah siapa-siapa, selama itu inspirasi berbagi paramasastra yang memperaga rekata bahkan melampaui yang mampu kauduga.



Catatan:
- Selamat buat Sahabat yang telah meluncurkan karyanya. Salam dan salut!
- *) Draf serial yang masih acak.
- Serial lain terkait:
   . Kami Bandwagon-mu
   . Combro Terdistorsi Tsunami
   . Revolusi
   . Eufemisme Diskriminasi
   . Mahatahu yang Entah
Link Youtube.
Link Lirik.



"Return To Innocence"

That's not the beginning of the end

That's the return to yourself
The return to innocence
Love - Devotion
Feeling - Emotion 
Love - Devotion
Feeling - Emotion 
Don't be afraid to be weak
Don't be too proud to be strong
Just look into your heart my friend
That will be the return to yourself
The return to innocence 
If you want, then start to laugh
If you must, then start to cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny 
Don't care what people say
Just follow your own way
Don't give up and use the chance
To return to innocence 
That's not the beginning of the end
That's the return to yourself
The return to innocence 
Don't care what people say
Follow just your own way Follow just your own way
Don't give up, don't give up
To return, to return to innocence.
If you want then laugh
If you must then cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny.