Eufemisme Diskriminasi

Momen Kuda Lumping*

Setelah tiada hari tanpa kata-kata musuh, jangan tanyakan, besok, masihkah gudang raksasa kita cukup menampung persediaan makanan. Tanyakanlah kepadaku, siapa yang kita makan hari ini.** Kalap lapar menghalangi pandangan. Epilog serasah sunyi membuka pintu pelampiasan. Syurga alasan-alasan menambun akar-akar penyalahgunaan kekuasaan. Prinsip-prinsip makanan utama para awam. Generalisasi mengorbankan saudaranya sendiri. 

Dalam rangka inkognito lebensraum zero komedi alias kegilaan massal nihil kompromi, Master celingak-celinguk di atas permadani serasah. Di atas rerimbunan azalea, lantas menjelajahi rimba raya pelestari fitrah. Sadar akan bau sengat merekat, radar di telinga Master yang ditatah kerawangan merespons permintaan dengan senyum geli. Ingin hati menebar tawa, ups gigi rumpang sadarkan diri.

Hal senada sediakala dijaga apik. Saking ngotot bersembur-semburan, jangankan tajam formalin dan gas air mata selagi kuda lumping ditunggangi, semburan sinar gama sepersekian detik bertekuk lutut di depan keperkasaan bau Master. Tentu, selagi ditunggangi digarisbawahi.

Bagai kehidupan yang dialiri sungai di bawah samudera, berharaplah jalan di sekitar rumah tidak ditutup, suasana di tempat kerja penuh kedamaian, dan cita-cita di barak-barak tidak masuk kotak, kalau tidak rela membelah diri di atas dokumen pemulihan hitam-putih. Selama pendasaran karena keteladanan, pendasaran karena profesionalisme, apapun pendasaran egaliter yang berlawanan dengan paragraf analog jaminan patronisasi, praktek analog jaminan berkomitmen tinggi, realitas adalah musuh bersama.

“Ampun seribu ampun, Master!” Suara-suara perlahan menghilang dalam lingkaran.

Di bawah kendali efek jera, hipotermia Maestro Mbumble kumat menyerak raga. Rangsangan si empunya rahasia membungkam siapa saja yang pakar menghidu jarak jauh. Berani mencak-mencak, berani cengengesan, tahu sendiri tali peranti. Angker dan memesona, hembusan nafas tak terganjal segumpal rumangsa.

Bagaimanapun enggan rasa dan lelah jiwa menelusuri ada dan tiadanya ahistoris, ada dan tiada segregasi, mudah bagiku melupakan apa yang didengarkan. Sunyi menyangkal karunia horizontal dalam relasi, sunyi memungkari penggambaran serupa aku tercipta, suara-suara sunyi ketiadaan ikhlas. Ringankah bagiku, keluargaku, hadir di sana dan merasakannya? Andai mungkin aku yang menentukan di mana dan kapan dilahirkan, biarlah mimpi buruk menghilang dari lingkaran.

Ibu, saat putaran waktu berlawan arah, saat aku bahagia dalam pelukmu, lelapkah harmoni mendengar petik eufoni? Sedangkan yang kutahu peluru itu satu. Hanya satu saat bahagiaku menyaksikan aku kecil terjatuh ke lumpur-lumpur kotor dan patung-patung hitam berkepala awan merah beberapa langkah di belakang kita. 

“Ampun, Yang Mulia!” suara itu mulai menghilang kecuali satu, “risihkah aku mengindahkan ampun seribu ampun, sementara punca akibat menara akibat sepantasnya menyelesaikan penebusan?“ 

Katakan aku semahir Yang Mulia, aku seakan wajar mengambil alih pekerjaan Tuhan. Seiring waktu seluruh tubuh merebah. Mengapa tiada risih bagiku menjadikan mereka generasi formalistis, dan pelupuk-pelupuk eufemisme resolusi jaminan subur rerimbunan kultivar? Bagaimana mungkin aku menghentikan beban historis diskriminasi yang mengikuti setiap jantung mereka berdetak di jantungku?



Catatan:
Yang Mulia dalam konsepsi manusia unggul.
*)   Darf serial yang masih acak
**) Moto yang dicandakan seorang dosen politik, kuliah pertama Kasim.
Serial lain terkait:
Mahatahu yang Entah
Revolusi
Combro Terdistorsi Tsunami
Kami Bandwagon-mu
Catatan tentang Inspirasi



"Do Or Die"

In the middle of the night, when the angels scream,

I don't want to live a lie that I believe.
Time to do or die.

I will never forget the moment, the moment.

I will never forget the moment, the moment.

And the story goes on... on... on...

That's how the story goes.
That's how the story goes.

You and I will never die.

It's a dark embrace.
In the beginning was life, a dawning age.
Time to be alive.

I will never forget the moment, the moment.

I will never forget this night.
We sing, we sing...

On... on... on...

That's how the story goes.

Fate is coming, that I know.

Time is running, got to go.
Faith is coming, that I know.
Let it go.
Here right now
Under the banner of heaven , we dream out loud
Do or die, and the story goes
On... on... on...

And the story goes on... on...

This is the story

Fate is coming, that I know (this is the story)

Time is running, got to go (this is the story)
Fate is coming, that I know (this is the story)
Let it go.
Here right now,
Under the banner of heaven, we dream out loud
Dream out loud!
Fate is coming, that I know (time to do or die)
Time is running out (time to do or die)
Fate is coming, that I know (time to do or die)
Let it go...

Link lirik lagu 30 Seconds to Mars


Mahatahu yang Entah

Momen Kuda Lumping*

“Hai, Master Banner! Mungkin, mungkin Master menyangka karakterku bersusur galur ‘equus ferus’, asli keturunan bernaluri liar. Ah, aku ndak punya kutil di bawah ekor. Aku kian jinak dan kian mahatahu. Ada sesuatu yang ditutup-tutupi Master dan dipaksa wajar. Panorama di telinga Master tak lain gelegata yang merawan nyali seputar peras-memeras keringat kreativitas dengan sensasi casus belli. Betapapun bau serumen berbaur daki menyunduk hidung siapa saja yang rela kekaguman dipercagar, Master menikmati kombinasi fatal membabar-liar. Wajarlah tersamar niat liar itu. Alhasil, benar-benar rumput liar nasib Mbumble. Maestro Mbumble yang baru sadar boro-boro tersenyum lebar buru-buru dicetar-cetar dibiarkan terkapar. Master ikon kepakaran radas pacu jantung yang terkenal duet maut panas-dingin - gerak refleks berkecepatan tinggi spontan bereaksi.

Kuda lumping bersin-bersin seraya komat-kamit merasai vibrasi ironi. Ada sesuatu yang ditutup-tutupi dan dipaksa terlihat sempurna. Adakah gelagat Master bernama merasa: merasa mahabijak alih-alih mahamulia, merasa mahasuci alih-alih mahakuasa, setelah mahatahu alih-alih jarang mandi? Oh, itu dia si hiruk-pikuk. Oh, itu dia properti si kaku-kikuk.

Atas nama se-Huha, alih-alih metode tulang-belulang dipilih-pilih. Turang jala tak jera-jera membarah fakta menjarah sejarah. “Jika yang salah gagal kukeloni karena alih-alih, data dan fakta gagal kusulap karena pilih-pilih,  bukan Master gelarku niscaya.” Master tak menyadari namanya telah terdaftar di badan tribunal seluruh penghuni.

Nasib Maestro Mbumble tersiklis kardiak mengenaskan. Ketimbang mendadak ambruk terkejang-kejang tersengat radas, Maestro melayangkan sinyal rahasia:

“Hoi, Master! Tolonglah mandi! Aku hadiahkan wangi- wangian luks. Upeti untukku sebagian buatmu. Asalkan rambutku tak lagi beruban akibat jengah - tragis menjiwai kesangatan rasa se-ga-la-ku pangkal malapetaka. Lepaskan ia dari penangkaran ge-de ra-sa. Kurang apa lagi, Master? Ti-tah-lah suka-suka!”

******
Di wilayah kultur yang dicengkeram generalisasi, penghuni keranjingan memperjelas diri melalui afiliasi - seleksi nilai-nilai atas dasar identitas atau simbol-simbol belaka. Yel-yel terkondisi canggung, sampel-sampel dimodifikasi latah, kepatuhan diriskan dalam sekam, serapan serasah bersenyawa ekstrim, dan menunggu pemicu peristiwa.

Semalam suntuk kuda lumping duduk merenung :

Ketika standarisasi lugu penghuni diasumsi, pembodohan merayakan pelanggaran demi pelanggaran. Yang dikutuk ramai-ramai justru ditiru, ini dunia politik, Saudara. ‘Golden Rule’ didalil bumerang, o, ini ‘Tu Quoqe’, Saudara. Telunjuk pembohong menuduh kaubohong, o, idem saja, Saudara. Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Inikah yang disebut-sebut efek standar ganda, efek ambiguitas moral, atau sekularisme yang sesungguhnya? Atau mungkin otakku yang baru merasakan dunia? 

Gaya dan modelku lama-lama dirembes Master. Aksara berdarah-darah dari ubun-ubun yang habis-habisan polos dirantai harga diri. Pada saat dipilah-pilah atas isi, atas ‘input-output’ memperbahasa dan  memanifestasi, apanya yang telah tumbuh bermekaran dari waktu kepada waktu??? 

Seperti naik mobil mewah terasosiasi miliuner, siapapun yang menunggang kuda Andalusia, ia mahamulia . Ia pantas didudukkan di level tinggi. Tapi mau kemana? tergantung fantasi joki. “O, tak gendong kemana-mana. Tak gendong kemana-mana.”** Refrein ribuan kali, kepentinganlah kebenaran tertinggi. 

Tak selamanya pagi berkabut tebal, tak selamanya gelap malam tersisihkan fajar, tak selamanya semua berubah hanya karena menghibur diri.

“Iyah, ya! Tak mungkin berubah dengan duduk dan bersungut-sungut. Perubahan besar harus digerakkan dan dimulai dari diriku sendiri.”



Catatan:
*)   Draf serial yang masih acak.
**) Lirik lagu Tak Gendong, Mbah Surip.

Serial lain terkait:
Catatan tentang Inspirasi
Kami Bandwagon-mu
Combro Terdistorsi Tsunami
Revolusi
Eufemisme Diskriminasi



"Hold Me, Thrill Me, Kiss Me, Kill Me"


You don't know how you took it 
You just know what you got 
Oh Lordy you've been stealing 
From the theives and you got caught 
In the headlights 
Of a stretch car 
You're a star 


Dressing like your sister 
Living like a tart 
They don't know what you're doing 

Babe, it must be art 


You're a headache 

In a suitcase 

You're a star 

Oh no, don't be shy 


You don't have to go blind 
Hold me, thrill me, kiss me, kill me 
You don't know how you got here 
You just know you want out 


Believing in yourself 

Almost as much as you doubt 
You're a big smash 

You wear it like a rash 

Star 

Oh no, don't be shy 


There's a crowd to cry 


Hold me, thrill me, kiss me, kill me 

They want you to be Jesus 


They'll go down on one knee 
But they'll want their money back 

If you're alive at thirty-three 


And you're turning tricks 

With your crucifix 

You're a star 


(Oh child) 
Of course you're not shy 
You don't have to deny love 
Hold me, thrill me, kiss me, kill me



Revolusi

Momen Kuda Lumping*

Kuda lumping dicanteli. Master bersedia mandi. Satu botol parfum Ojo Lali mengguyur, fantasi mendahului isi. Ekstrak nilam bauran kapulaga, kayu ambar juga aras Virginia, sedikit rum pada aldehida. Aura berpadu lembayung muda, semburat bara intens membura.

Master dan Maestro bersisikan yupa prasasti. Inskripsi memashurkan pampasan abiotik abece yang sarat bagi-bagi hasil koloni waham dan pembanalan. Master tanpa sungkan melisan sejumlah sepak terjang automimesis, melisankan konsentris yang mengakali keutuhan Huha dan kodrat manusia. Standar dualitas grambyang mengiang-ngiang merambah seluruh tekstur Huha. Jutaan warna tersisa dua, hitam dan putih.

Gadis-gadis tertegun harum kimia tubuh lebih dari ambisi romantisme. Serupa medium penyetara histeria, ribuan permata memijari kerlingan nur bersilih-silih. Anak-anak hujan bersenggayut di bibir genteng teras, kebeninganlah yang menyerindai pesan. Rasa merenik-renik hilang asas. Waktu menyunsum kehidupan hilang orientasi. Konserto monoton melangkas rela. Mereka rela mendayu-dayu sebelum jatuh meraras kesah. Mereka rela tengadahkan kenangan mengampu tiada. Mereka rela menerima tempiasan sadar tiada. Pengayaan lirik tertitipkan mahia pun tiada.

Isak tangis nan sepi berubah decak haru segala elu-eluan kawula, segara pilu-lupa juga tua tercabik-cabik tiada. Pundi-pundi koin emas bertekstur ‘basileus herodon’ tring-tring bergemerincing menyetarakan keseakanan dedahanan zaitun, lambat laun derak-derak yang menuntun konsistensi pun tiada.

Tangan kiri membelai jurai, tangan kanan melambai-lambai. Ritual citra-citraan mendekat usai, skenario elegi menanti badai. “Ayo, kuda lumping! Perjuangan mulia memanggil kita.”

Betapa bersusah payah ruwatan meridian memisahkan hasil keringat melerai deraian di tapak tangan kepada serenteng detik menyaksikan serah kuasa yang dilangkahi kaki berkali-kali di depan mata, dirgantara dicahayai ribuan blitz. Master terbang, Maestro tumbang.

Sebagaimana Huha sekejab mata di belakang pembaca, Leonardo da Vinci rekaan Freud dan ratusan tahun berantara, kepadaan mahatahu nihil kaki, nihil isi. Jangankan ringannya lidah yang bercabang memasung sejarah serat-serat perangai ganas mencacati, kapanpun di manapun dengan ringan hati, Master benar-benar luar biasa. Tiada lagi perih juga suka, bahagia juga nenar mempertaruh jiwa-raga, sine ira et studio. Pemeo apa lagi yang Master belum? cura te ipsum. Pengangkangan massal kepadanya harus diperkaku-kikukkan, elan-elan baru kausaksi. Ini momen revolusi. Kuda lumping melayang-sungsang, penunggang tersungkur-hilang.

*******
Pasemon kuda lumping bermakna konseptual, Profesor?”
“Ya, memang tidak mesti. Cari akar masalah dan lepaskan beban. Pendekatan ini terkait revolusi.”




Catatan:
*) Draf serial yang masih acak.
Serial lain terkait:
Catatan tentang Inspirasi
Combro Terdistorsi Tsunami
Kami Bandwagon-mu
Eufemisme Diskriminasi
Mahatahu yang Entah



Untill It's Gone

A fire needs a space to burn

A breath to build a glow
I've heard it said a thousand times
But now I know

That you don't know what you've got

Oh you don't know what you've got
No you don't know what you've got
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

I thought I kept you safe and sound

I thought I made you strong
But something made me realize
That I was wrong
'Cause finding what you got sometimes
Means finding it alone
And I can finally see your light
When I let go

'Cause you don't know what you've got

Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

Until It's Gone

Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

'Cause you don't know what you've got

Oh you don't know what you've got
No you don't know what you've got
It's your battle to be fought
No you don't know what you've got
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

Read more: Linkin Park - Until It's Gone Lyrics | MetroLyrics  



Combro Terdistorsi Tsunami

Momen Kuda Lumping*

“Dulu, ikon tarung kuda-luping kami digilas cakrabuana. Ya, dipanas-dinginkan. Dulu, formula terbaik profesor-profesor digubris sepi. Ya, dipeti-eskan. Sambil meresapi musikalisasi, mari preteli pating kerintil! Yang jarang ngos-ngosan angkatlah tangan, lenturkan kaki, gerakkan kepala! Buang saja wajah kaku-kikuk, mari segarkan visi kita yang dulu-dulu itu! Kiri-kanan, kanan-kiri, yea! Yah, yang berdiri di atas meja jangan keras-keras! Lain ceritanya nanti,” seru seorang pakar mantan penyewa kuda lumping. Gara-gara satu anggukan merestrui, suara orasi beradu resonansi meringkik tinggi.

Saudara, di atas Land Rover, panglima reformis angkat jempol. Jempolnya combro, Saudara. Kiasan dahsyat dalam hitungan waktu sebatas ingat. “Hai, di mana perubahan yang Saudara maksud? Undang-undang plus amputasi?” Huah, sebagian pada jingkrak-jingkrak, sebagian pula gigil-menggigil. Obligasi berjibun-jibun mati-matian berempati, “Tenang, Saudara, tenang! Jangan cengar-cengir! Ini sajian khas bergizi tinggi, hasil riset si tukang hibah ad interim si lintah darat. Ingat pesan bijak Pak Raden? Bagikan satu seadil-adilnya, makanlah sekenyang-kenyangnya!” 

Makanan para Huha itu combro, Saudara. Saudara fanatik combro? Sebutkan satu combro yang mana! Combro yang isinya reformasi, combro spesial dibanal isi. Reformasi spesial diisi combro, reformasi yang isinya setengah loyo. Sekarang bagi Saudara kabarnya diisi apa, isinya apa kabar, apanya yang dikabar isi? Hiatus Win-Win Solution, harga diriku-dirimu sama elegan. Seelegan parutan singkong dibolak-balik, oncom sekarat tak berkutik, resonansi kesirep menguik-uik. “Hai, kepadamu generasi yang entah. Kalau berpuluh-puluh tahun nasipmu kugadai, apa peduliku siapa kamu di mataku-ku-ku-ku-ku?  Apa peduliku siapa aku di matamu-mu-mu-mu-mu?” 

Di bawah kemboja, para peziarah yang entah termangu direngkuh hampa. “Tolong jawab! Siapa bangsa penjajah kami-mi-mi-mi-mi?” 
Desis angin silir-semilir di sela dedaunan, “Combro, combro, combro-bro-bro-bro.” 
Padahal sedari tadi combro asli protes, “Ya, ampun. Apa salahku hari ini-ni-ni-ni-ni?“  

Di muka arena, penjaga gerbang mengelus-elus jempol dengan telunjuk. Naik-turun mulut mengunyah combro, combronya malah terbaca, “Dulu murah meriah. Maklum, kaya raya dan berlimpah ruah. Hari gini aku seratus persen mengabdi? He, he, he, he! Masuk angin.”

******

“Bubble  dalam Economic Bubble bermakna konsepstual, Prof? Bagaimana kalau diferensiasi monopolistiknya combro yang berfluktuasi terdistorsi tsunami, Profesor?” Duh, itu bahasa.

“Lah! Kan, harus diimbangi.” Bisikan mengangetkan dari si tukang bisik, kuda lumping.

******

Rampaian Huha

Di atas meja dosen yang ditata prasmanan polos tersedia beberapa penganan. Salah satu profesor angguk-anguk kepala dan mengambil satu chocolate malt cupcake. “Ya, ya! Combro yang menghibur nggak ada di sini. Ayo, Kasim! Bisa-bisa kita lanjut sampai malam. Rileks saja!”

Dosen politik Kasim mengamini. “Maksud Anda ideal. Manakala terjebak berkali-kali, yang berat ditolerir itu wajah malu. Kecuali? combro.”




Catatan:
*) Draf serial yang masih acak.
Serial terkait:
Catatan tentang Inspirasi
Kami Bandwagon-mu



The Lion Sleeps Tonight
Link lirik The Lion Sleeps Tonight, The Tokens

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

In the jungle, the mighty jungle

The lion sleeps tonight
In the jungle, the quiet jungle
The lion sleeps tonight

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

Near the village, the peaceful village

The lion sleeps tonight
Near the village, the quiet village
The lion sleeps tonight

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

Hush my darling, don't fear my darling

The lion sleeps tonight
Hush my darling, don't fear my darling
The lion sleeps tonight

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)

(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)
(A-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh, a-wimoweh)



Kami Bandwagon-mu

Momen Kuda Lumping*

Rencana trek akhir tutup besok pukul 12.00. Satu setengah jam tepat sebelum undangan. Waktuku cukup buat mengemas amunisi baru. Minimal yang bakal disorot tajam terpetakan dan jeda panjang terhindarkan. Terdengar dari ruang pencakar langit aktivasi sinyal pengendali, “Yes, Sir! Laporan diterima. Saatnya bebas beraksi.”

“Magiku! Kopi kental kita siap menemani pengayaan kartografi, bagian krusial misi penerbangan perdana Huha. Mantap. Tiga, dua, satu, kendala-kendala proyeksikan. Satu, dua, tiga, kuda lumping diresmikan.”

******
Skemakan isi dan bentuk asli si perupa Monalisa sebangun teori, banner-banner menggiring massa beraktual sama. Reka-rekaan yang berseleweran sengaja bersemuka tanpa sungkan dan menghilang tanpa pamitan. Dapur pacu denyaran prasadar kesengajaan lazim disebut koneksi magis kuda lumping - tren produk kesadaran esok yang ber-dejavu di pusaran angan hari ini.

“Teleskop sepipih kanta, ruang dan waktu sepupil mata. Hari ini, Anda seratus ribu persen serba tahu.” Demikianlah bagaimana yang terjadi sebagaimana yang diharapkan menjadi.

Serentak tepuk tangan riuh menyentak, debut menyertakan lirik-lirik verse di sesar langkah. Di pelataran puncak, suara-suara lain tersapu bersih. Sayap paralayang membawa anda melayang. Barangkali anda segan begitu kerling mata tersipu-sipu kepada pinggul yang oh, aduhai, meliuk-liuk. Di sini kerut muka pat gulipat rata, ototnya elastis sekaligus membaja. Siapakah yang tertanda di atas angin?

Serah laras karawitan slendro sekali-kali pelog beriring-iringan gong bergantian-gantian kenong  merasuki arah dan tujuan. Luhung tersisa setelah ekstra dimensi, sendratari memprosais fase tertinggi. Tampah-tampah serba mampu serba tahu memberkas bala-bala juga gehu yang disumpah setia sampai mati meladeni suara-suara. Rasa puas anda berkelebihan menghibah iba, sang kuda lumping bertambah fasih beraksen gazirah di tepian mahia.

“Kepalang tanggung, rahasia terlanjur ditoakan. Terlanjur kurang trapsila, terlanjur tidak lucu, Kawan!” Kuda lumping membatin.

Fase berikut berlanjut glamor. Tepuk tangan seantero punawakan mengantar sang jiwa kembara tur kemana suka. Anda berhak memilih fitur praktis yang memindahi data-data ke kabin suite pesawat pribadi. Dibubuhi sedikit diplomasi singgasana nirwana, perkara setelak apapun didapati cetek adanya.

Sayang disayang dan sangat disayangkan, tak kau temukan tangan kecil anak-anak dan kening ibu. Kondisi di luar kaca jendela berbeda jauh. Lamat-lamat usang dan tertinggal jauh. Rimba raya tergerus lumpur-lumpur dan memiskinkan kedirian kaki membumi.

“Kita junjung tinggi label-label ideologi dan kemuliaannya memahkotai balada citra. Kita muliakan label-label kekuasaan dan emasnya menyepuh balada tundra. Di derap waktu, satu demi satu sahabat kita terpenggal kenyataan - beban yang menyangga suram-kusam intelek anti konteks. Berpuluh-puluh tahun, siapa yang bilang anyaman bambu kita gepengan biasa? Inikah satu-satunya yang kita miliki? Inikah segala hasil kemurnian segala peluh? Di bawah kulit kapalan baja, di mana batas nadir kita?”

“Kami bandwagon-mu. Jelas? Andalah si empunya wibawa luar biasa yang mutlak dianja mewah serba wah-wah. Masih kurang?”


Catatan:
*) Draf serial yang masih acak.
Link lirik Feel Good Inc.- Gorillaz.

Serial terkait:
Catatan tentang Inspirasi



"Feel Good Inc."

Hahahahahahahahaha,

Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good,
Feel good...

City's breaking down on a camel's back.

They just have to go 'cause they don't know wack
So all you fill the streets it's appealing to see
You won't get out the county, 'cause you're bad and free
You've got a new horizon it's ephemeral style.
A melancholy town where we never smile.
And all I wanna hear is the message beep.
My dreams, they've got to kiss me 'cause I don't get sleep, no

[Chorus:]

Windmill, windmill for the land.
Turned forever hand in hand
Take it all in on your stride
It is ticking, falling down
Love forever love is free
Let's turn forever you and me
Windmill, windmill for the land
Is everybody in?

Laughing gas these hazmats, fast cats,

Lining them up like ass cracks,
Lay these ponies at the track
It's my chocolate attack.
Shit, I'm stepping in the heart of this here
Care bear reppin' it harder this year
Watch me as I gravitate
Hahahahahahaa.

Yo, we gonna go ghost town,

This motown,
With your sound
You're in the blink
Gonna bite the dust
Can't fight with us
With your sound
You kill the INC.
So don't stop, get it, get it
Until you jet ahead.
Yo, watch the way I navigate
Hahahahahhaa

Feel good, ahhhhahahahah [x4]


[Chorus]


Don't stop, shit it, get it

We are your captains in it
Steady,
Watch me navigate,
Ahahahahahhaa.
Don't stop, shit it, get it
We are your captains in it
Steady,
Watch me navigate
Ahahahahahhaa.

Feel good, ahhhhahahahaha

Feel good,
Feel good, ahhhhahahahaha
Feel good...




Catatan tentang Inspirasi

Momen Kuda Lumping*

Kusimpan kisah ini terkait ‘harus diimbangi’ dan kontroversi tulisan Kasim di majalah mahasiswa. Cocok dia dengan doktor itu. Lain habitat sama cergas. Pada saat memberikan materi latihan dasar kepemimpinan - kegiatan rutin eksternal - sebenarnya dia yang kuaplaus.

Lupakan dulu proses yang mengandalkan memori! Terkadang hambatan interpretasi tak ketulungan meleletkan. Rekam jejaknya mensyaratkan jangkauan link serta dalamnya guratan kesan keterlibatan. Tanpa terlatih, tenggelam dalam keraguan. Sefragmen tegalan gersang merasai rinai hujan, salah satu kawan kita mengguguskan persamaan alamiah dinasti berdarah biru, perkawinan ala aliansi Genhis Khan, Napoleon, dan seterusnya. Samar-samar Marc Antony mengencingi pot tanaman di samping Cicero, Spongebob berpiama dan bernyanyi ria, jeratan Reighstag lepas karena pernikahan di luar negeri, termasuk eugenetika yang rasis. Entah apa lagi selagi relevansinya berkorelasi Huha - hasil-hasil pemola keberaksaraan Huha. Ya, kelak guntur membumikan mimpi. 

“Lanjutkan doktrin versus Huha! Kami rindu mahakreasi. Kami siaga di belakangmu. Hadapi!”


Push The Limits

Awal spektrum, ia seolah-olah peristiwa lanskap alam - satu rahasia kreasi yang pernah dan langka. Preferensi Freudian, kekuatan dunia bawah sadar. Ia tersketsa curahan abstrak melewati kurva perlintasan ruang dan waktu secara natural. Ia pula memupus diri sebilangan detik seperti hadirnya yang tak disengaja. Sangat asyik dan menantang karena, ia hidup terpulang kepada gerak lincah pena di atas kertas kerja, perekam suara atau pengabadian serupa yang senantiasa tersia-sia. Ia wujud jiwa besar yang mau mendengar, 

Aku, aku sebenarnya bukan siapa-siapa. Gulungan papirus dinauingi bintangnya sendiri, bukan legendaku atau pembungkus ikan asin. Habent sua fata libelli. Ketika ku didiksi, tidak hanya satu kehadiran sketsaku diperuntukan, tidak hanya satu cahaya literatur mengedipkan siratan:  

Apa yang terasa di observatorium kauvirtual, kaunyata, sesungguhnya bagi kami tidak. Ganjalan stratum tidak, hambatan maknetis tidak, gangguan blitz tidak, guritan stagnan tidak pula. Kata-kata kunci terkunci mati tidak, kehabisan visualisasi tidak, berat terbeban karena kebetulan sama tidak, takut-takut salah bagiku tidak. Sekali tidak, tidak, tidak, semakin tidak. Katakan tidak itu sadar isi, sadar struktur, sadar visual, sadar imaji, sadar dimensi, sadar dinamika, setataran kesadaran di bening netramu!

Selama prasyarat spektrum terpenuhi - sambarlah satu dari curahanku yang paling mengena; selama nyalimu adalah diriku – aku, aku bukanlah siapa-siapa, selama itu inspirasi berbagi paramasastra yang memperaga rekata bahkan melampaui yang mampu kauduga.



Catatan:
- Selamat buat Sahabat yang telah meluncurkan karyanya. Salam dan salut!
- *) Draf serial yang masih acak.
- Serial lain terkait:
   . Kami Bandwagon-mu
   . Combro Terdistorsi Tsunami
   . Revolusi
   . Eufemisme Diskriminasi
   . Mahatahu yang Entah
Link Youtube.
Link Lirik.



"Return To Innocence"

That's not the beginning of the end

That's the return to yourself
The return to innocence
Love - Devotion
Feeling - Emotion 
Love - Devotion
Feeling - Emotion 
Don't be afraid to be weak
Don't be too proud to be strong
Just look into your heart my friend
That will be the return to yourself
The return to innocence 
If you want, then start to laugh
If you must, then start to cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny 
Don't care what people say
Just follow your own way
Don't give up and use the chance
To return to innocence 
That's not the beginning of the end
That's the return to yourself
The return to innocence 
Don't care what people say
Follow just your own way Follow just your own way
Don't give up, don't give up
To return, to return to innocence.
If you want then laugh
If you must then cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny.