Untuk Nafas Ayahku, Terima Kasih Tuhan

"Opa nanti seperti mbah, dikuburin?"
"Tidak bang*, Opa pasti sehat lagi."
"Kasihan Opa, nanti kita lihat yuk. Kita doa, biar opa cepat sembuh."
----------
Rasa menyesah tulang dada, nafasku seakan terlempar sia-sia. Sudah juga merintih, hilang bentuk segala mimpi. Seketika tak hendak berpaut lagi, kepalaku tunduk meratap kini. Bergetar dalam jeritan ketakutan, kata-kata hening meluluhkan. Imanku dalam kepasrahan. 

Yang Maha Pengampun, dalam kesah deritanya, namaku ia sebut-sebut, "Pulang anakku, pulanglah Nak. Mana dia. Mana ...?" Apa yang harus kusebutkan lagi, untuk namaku sendiri, namaku. Siapa sebenarnya aku Tuhan, siapa? bagi ayahku, bagi anakku. Mengapa begitu berarti? Apa salahku kepadaMu? apa dosaku dengan cobaan berat ini?

Jika memang Engkau ambil nafasnya, 
biarlah ia menatap wajah kami
untuk saat-saat yang terakhir,
ia menerima untuk sekali lagi bersamaku
sekali lagi Tuhan, sekali lagi
sungguh degan sadrah kumeminta

Jika memang Engkau mendengarkan
harapan cucunya, doa-doa anaknya
berilah kami kerelaanMu, 
berilah kekuatan iman
percaya sungguh-sungguh percaya

Iman kami akan kehadiranMu
iman yang menyelamatkan
iman yang menyembuhkan
iman penghiburan
iman dalam pengurapan
selamatkan dia
ayahku

Apa yang mesti aku lakukan atas jawaban, apa yang mesti aku persembahkan atas nama, Pemilik Kuasa Segenap Kehidupan ialah karena, misteri di balik deritanya adalah tatkala, vonis manusia tanpa harapan lagi demi, minyak pengurapan akhir bagi, ketahiran dosa-dosa ketika, kehendak kuasaMu untuk berkata, TERJADILAH.

Tiada ada lagi yang lain selain kerelaanku. Begitu pasrahku pada kuasaMu. Betapa iklasku kepada panggilan rencanaMu. Dari detik ke detik. Serasa menanti sentakan ayunan palu mahkamah. Janganlah Engkau memindahkan ruang jiwanya. Aku memohon atas persinggahan hidupku. Aku memohon atas mautku. Aku :

Berdoa dalam namaMu, 
janganlah harus terhenti
ia menyebutkan nama itu 
sebelum tiba saatnya 
doa-doa kami bersekutu

Kami yang terikat urat-urat batin yang sama 
sesungguhnya adalah juga ciptaanMu 
demikianlah darahku yang berbicara di raga anakku 
bagaimana pun terikat dari darahnya
yang sama

Laknatlah jiwaku, ambillah nyawaku,
terimalah hidupku menjadi kehendak pengorbanan terlebih duhulu 
demi perjumpaan terakhir, demi namaku disebut, demi pertobatanku
jika memang karena rudin iman ini, jika memang itu semua yang harus terjadi
Dalam penyertaan damaiMu 
dalam keagungan namaMu
aku percaya. 

--------
Dua hari telah berlalu.  Alangkah indah kecerahan cahaya pagi ini. Semakin mengubah pandanganku akan kehangatan kasihNya. Kekuatan itu nyata berkah Tuhan.

"Tapi kita nanti tetap ke sana? Aku mau lihat Opa, aku mau ketemu Oma."
"Bang, kata Oma, Opa sekarang sudah mulai sehat setelah diurapi. Makannya banyak sekarang. Opa titip pesan untuk Abang, akhir tahun dia ingin ketemu. Semoga kita tetap ada rezeki ya Bang. Nanti kita syukuran lagi di sana. Nah, inilah satu lagi bukti Bang. Tuhan sangat baik kepada kita, kan?"
"Karena kita sudah berdoa."
"Kita harus benar-benar percaya. Mulai nanti malam, kita mulai berdoa. Begini doanya. Kita bilang ke Tuhan, setiap satu sendok makanan yang masuk ke mulut Opa, Tuhan, titipkan satu doa kami."
"Iyah Ayah, aku ingin dipeluk Ayah."
"Oke."
"Nanti kalau aku sudah besar, Ayah jangan sakit," anakku meminta.

Di saat apapun, saat namaMu kusebut, jiwaku yang meminta-minta jamahan kesembuhan bagi siapapun, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar. Maka bagi hamba yang hina ini, tiada persembahan yang terpantas, tiada ada yang berkenan melainkan, biarlah takjub kami akan kasih sayangMu, segala puji dan syukur akan rezeki batin, siksaan yang telah karuniakan keselamatan, ketulusan hati kami bernafiri sukacita, di hadiratMu Engkau dengarkan. Amin. 

--------------
Keterangan : *)Panggilan untuk anak laki-laki. Referensi inspirasi bersama musik Youtube : Immediate Music - Believe. Tulisan diedit ulang dari http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/11/28/untuk-nafas-ayahku-terimakasih-tuhan/ .

Ringkasan : Opa (kakek) ini mengalami situasi kritis karena menderita diabetes. Setelah pengurapan akhir, infeksinya justru berangsur kering. Padahal saat itu tidak ada tindakan medis lain setelah operasi. Dokter bahkan mengatakan, tinggal menunggu waktu. Renungan, dengan media/sarana dan agama apapun, peristiwa luar biasa tentu bisa terjadi, berlaku bagi siapa saja. Seperti kepercayaan yang begitu kuat di dalam dirinya sendiri, yang sesungguhnya telah menyelamatkan Opa. Karena masuk ke wilayah iman, Yang Maha Esa turut berbicara. Terima kasih karena terinspirasi dari kisah nyata ini. Semoga iman adik-adikku (sahabat sekalian) semakin teguh dan kokoh berdiri. Percayalah!