Ketika Roh Meraga Kembali

Di garis ambang batas dimensi dua alam, alunan puja mengiringi perjalanan misteri waktu, saat sosok-sosok jiwa berangkat bersama bayang-bayang yang terikat tali darah kekuatan jalinan cinta.  
++
PadaNya memohon, barisan nada-nada mars itu mengisi kedalaman makna kepasrahan jar jiwa. PadaNya menadah tangan, kodrat waktu dan kasih yang membawa cawan matahari dengan jutaan tahun membumi, siluet takdir memerih segera berlalu menjauhi tiang-tiang nisan baru. Cukuplah cahaya lilin kesetiaan yang tetap samar menyala tegar. 
++
Kekuatan bara cinta anak manusia itu tiada lagi terperi, degub jantung menepis kenisbian kegelapan, sebelum Sinar Suci membebaskan jubah sakral ikrar sejiwa mereka, sebelum kian luntur kekakuan tambatan darah di nadi kedua tangan mereka saling terpaut utuh. 
++
Setelah terbakar kesaksian tilas alam semesta
dan pujian para malaikat membuktikan kisah kerendahan hati,
dan takjub akan kasih untuk memiliki,
bulir sukma layu itu merukuk di hadapan bentangan Tangan Pencipta
tanpa derai air mata darah lagi,
panjatkan sisa asa sehalus butir-butir pasir waktu,
segala mohon akhir aksara-aksara lembaran malam,
memugar kelam menjadi sehelai preambul baru,
buku memori perjalanan panjang balada indah kesetiaan wanita bersahaja,
niscaya kehampaanlah sepanjang kedua mata memisah tajam syukur dari pinta diri.
++
Sesaat itu satu kilauan pancaran Khalik perlahan memisah dekapan roh untuk purna menyatu, seraya luluhkan penantian terucap dari bibir seorang wanita yang telah lama terjaga, hikmat berdiri bersama kekasihnya untuk yang terakhir kali, di atas balkon teater peradaban hamba-hambaNya, riwayat bermonumen menundukan hati surgawi kan membuka pintu.
++
Kesetiaan itu tidak memilih kemegahan saka-saka kasih melebihi piramida dengan citra tubuh Orion. Ia tidak memilih kerikil kecil tertabur di jalan setapak melebihi topaz Taj Mahal. Ia tidak memilih hiasan jubah putih melebihi permata Potala. Inikah tentang kecermelangan ramalan para nabi? Inikah tentang akhir riwayat penderitaan Abraham atau Ayub? Inikah tentang misteri kekeramatan humaniora yang diornamenkan? Ketika roh meraga kembali, ketika jubah putih berganti mantol hitam pertobatan, hanya satu tanya yang akan ditinggalkan. Yang Agung, bicaralah dalam penjelajahan batin dengan segenap sujud kami. Seluas tubuh angkasa astral, seindah pendaran taburan kristal lautan maknawi, sebening mata air yang menghiasi piranti nalar, tanpa kata-kata. Salahkah nyala lilin itu karena waktuMu?
++

--Renungan Kondrad yang kagum akan kesetiaan mereka--

Catatan: Bersambung. Seri sebelumnya : http://fiksirekon.blogspot.com/2011/08/ambillah-ya-tuhan-semua-milikku.html
Sumber lirik : http://www.diglyrics.com/en/lyrics/Vangelis/-/Conquest+of+paradise.html
Sumber youtube : http://youtu.be/5zbQnKvwaBg
======================================

Vangelis
Conquest of paradise

Mm mm mm, mm mm mm mm mm,
mm mm mm, mm mm mm,
mm mm mm mm, mm mm mm mm mm,
mm mm mm, mm mm mm mm
In noreni per ipe,
in noreni cora;
tira mine per ito,
ne domina.
In noreni per ipe,
in noreni cora;
tira mine per ito,
ne domina.
In noreni per ipe,
in noreni cora;
tira mine per ito,
ne domina.
In romine tirmeno,
ne romine to fa,
imaginas per meno per imentira
mm mm mm, mm mm mm mm mm
mm mm mm, mm mm mmmmm
mm mm mm mm, mm mm mm mm mm
mm mm mm, mm mm mmmmm
mm mm mm, mm mm mmmmm
===========
In noreni per ipe - in the night afoot
In noreni cora - in the night found 
Tira mine per ito-many mines thereabouts.
Ne nomina - for them they dominated
-------------------


Ambillah Ya Tuhan Semua Milikku

Seminggu telah berlalu. Tiba-tiba saja aku dipanggil rekan-rekan kantor, "Kondrad, cepat, dipanggil bos." "Ada masalah apa?" "Abang saja yang dengar langsung berita duka." "Loh, siapa?"

Sahabat-sahabatku berlalu dengan kepala tertunduk. Aku segera masuk ke ruang pimpinan, "Sore, Pak. Saya dipanggil?" "Kondrad, aku minta maaf. Tinggalkan kerjaanmu segera. Kita berangkat ke rumah sakit. Darton kecelakaan tadi di luar. Pendarahan di hati karena tabrakan dengan angkutan kota yang berhenti mendadak." "Kok bisa? keadaannya sekarang, Pak?" "Udah, ikut saja! sebagian karyawan sudah diijinkan ke sana."
--
Kami melangkah masuk ke ruang darurat. Tampak suasana kerumunan lengang dan sepi. Sekali-kali terdengar isak tangis. Hatiku kalut terbawa kegundahan dan sigap memandang dengan seksama. Suasana   hening jeritkan kelam dalam kebisuan.
--
Seorang wanita berambut panjang di sudut kanan ruangan menarik perhatian. Sorot matanya menatap tajam kedua mataku. "Ada apa ini? Mungkinkah?.. Ah, tidak. Tidak mungkin ini terjadi," pikiranku mereka pesan bisu. Aku berusaha membaca guratan apa yang kini ia alami. Mata yang berkaca-kaca itu bercerita tentang kehampaan. Tentang lepasnya sebagian jiwa. Harapan yang telah lama bersemayam dan tertahta lubuk hati, tidak mungkin berubah semudah keinginan raga. Mata sayu itu menyerahkan kesuraman sunyi. Barisan aksara tidak dapat lagi mewakili alam nalarnya. Sebuah kehancuran tanpa batas rasa.  Hampa cahaya gelap pekat, saat-saat terbayangkan kepedihan menerima sebuah hakekat di balik kesempurnaan manusia. Debu kembali menjadi debu. Sirnalah semua kebahagiaan yang terjalin selama ini, dari tali kasih yang terikat erat pada janji-janji.
--
Ia menghamburkan badannya, menahan semua beban berat batin, dengan kedua tangan terkepal keras, dan tertahan di satu pundakku. Tangisan histeris seketika memecah tembok keheningan. Gema-gema suara seakan menyatakan suatu akan terlepas bebas. "Cukup, pergilah, aku telah lumpuh untuk bisa menahan semua beban batin." Sejenak ia terdiam, ... merebahkan kepala tanpa sadarkan diri. Ya, tubuh itu jatuh perlahan, sebelum lirihkan satu demi satu kata-kata penyerahan ;


Aku melihat kekasihku
Tuhan, dialah yang ada dalam setiap tetes air mataku
yang mengalir bersama doa-doa, selama ini
Sekarang......, aku harus menerima jiwanya 
menjadi butiran-butiran, untuk selama-lamanya
dalam kesia-siaan


Aku telah melihat kebesaranMu, 
dialah satu-satunya hadiah, yang telah Engkau berikan
dialah yang telah berjanji, akan mendampingi hidupku
dialah..., kepadanya aku serahkan janji kesetiaanku
hanya kematian, yang memisahkan kami


Tetapi...
mengapa harus sekarang terjadi perpisahan ini?
mengapa aku harus menerima cara perpisahan ini
Mengapa....
ijinkanlah semua deraMu ini berlalu


Mengapa Engkau mengambil satu-satunya 
harapan yang telah aku miliki 
inikah artinya cinta sejati itu
Mengapa aku tidak Engkau sisakan sedikitpun waktu
dia mengucapkan satu saja kata akhir perpisahan, di pangkuanku
Mengapa........., tidak ada jawabanMu


Tuhan..., belumlah saatnya.. belumlah ini saatnya
tetapi jila Engkau memaksakan kehendakMu
semua tiada berarti lagi, ijinkan aku pergi bersamanya
Sekarang juga Tuhan,... padaMu kuserahkan seluruh jiwa ragaku
Ambilah semua milik hidupku
sekarang juga............................................................................................
--
Jelas ia tidak bisa menerima dan mengerti cara Tuhan mengambil kebahagiaannya. Arinah hanya bisa menemukan tubuh terkapar kaku di tempat pembaringan itu. Ia sahabatku, Darton. Ia diam untuk selama-lamanya.

Catatan : Bersambung. Seri sebelumnya : http://fiksirekon.blogspot.com/2011/08/kau-sahabatku-tinggalkan-ragu.html
Sumber lirik : http://www.sing365.com/music/lyric.nsf/Penelope's-Song-lyrics-Loreena-McKennitt/16F05E2D3422D2A04825721F00116EF6
Referensi Youtube : http://youtu.be/Q2uz08QQtQc
==============================

Penelope's Song Lyrics
Artist(Band): Loreena McKennitt

Now that the time has come
Soon gone is the day
There upon some distant shore
You'll hear me say


Long as the day in the summer time
Deep as the wine dark sea
I'll keep your heart with mine.
Till you come to me.


There like a bird I'd fly
High through the air
Reaching for the sun's full rays
Only to find you there


And in the night when our dreams are still
Or when the wind calls free
I'll keep your heart with mine
Till you come to me


Now that the time has come
Soon gone is the day
There upon some distant shore
You'll hear me say


Long as the day in the summer time
Deep as the wine dark sea
I'll keep your heart with mine.
Till you come to me

Kau Sahabatku, Tinggalkan Ragu

"Bang!"
"Yup, gerangan apa nih?"
"Aku mau cerita. Tapi rahasia. Jangan di sini, Bang!"

Pembicaraan berajak dari kursi lain di kantin perusahaan.

"Bang, aku kemarin ke Puncak. Dengan dia, Arinah yang kutaksir dulu."
"Haaaah??? Gila."
"Ternyata Bang, dia masih... Benar, Bang." Aku goyang-goyang kepala. Kiri kanan, kanan kiri.

"Darton, aku pernah pacaran. Lama, Dar. Lebih dari lima tahun. Sekarang putus. Janjiku dari awal terbukti. Pacarku itu masih, ya, selama di tanganku, tetap, masih. Kamu? masih-masih? masih apa kalau sudah terjadi? Okelah. Teruskan perjuanganmu. Rencana kalian?"

"Iya Bang. Aku mau tanggung jawab kok. Bulan depan aku janji lamar dia. Uang pernikahan sudah aku siapkan. Lumayanlah tabunganku selama kerja di sini. Sisanya sudah kurencanakan untuk kredit rumah baru. Orang tuaku sudah kenal dia. Mereka setuju, Bang. Siap melamar."

Pikiran Kondrad mengawang.

"Membayangkan saja, perasaan iba terseret-seret kesal. Ampun-ampun. Bukankah kekasihnya wanita bersahaja, penuh pengertian? Begitu juga dengan kamu. Tidak pantas rasanya.  Ah, apa jadinya kalau nanti terjadi sesuatu. Lamanya hidup, bukan kita yang tentukan. Aku mulai was-was."

"Darton memang sahabat terdekatku. Berwatak berani menghadapi setiap permasalahan. Satu dari dua kolega tempat kerja lama yang aku rekrut karena permintaan khusus dari Kadept. Mereka cepat menyesuaikan diri. Self improvement dan membanggakan. Sentuhan achievement tinggi. Awal menjatuhkan pilihan karena dia jujur dan tidak mudah mengeluh. Sisi lain yang aku suka, ia pun taat beribadah. Namun dengan kebanggaan atas cerita barusan, aku hanya bisa mengelus dada."

"Dar,  kamu harus meyakinkan dia. Pegang benar-benar janjimu. Jangan bikin malu. Harga dirinya ada di tanganmu sekarang".

"Pastilah Bang. Tapi tahu enggak Bang, apa yang terjadi di Puncak itu? Dia menangis lama sekali waktu aku tembak dengan serius-seriusnya. Dor, dor, dor. Aku bingung, bang. Aku yang uring-uringan ketakutan. Tidak ada jawaban. Pas mau pulang, tahu gak dia bilang apa?  'Aku menangis karena satu sebab. Apakah aku wanita yang bisa membuatmu bahagia? Bukan hanya untuk hari ini. Tapi untuk selama-lamanya.' Waduh Bang. Aku gak bisa omong lagi. Dia memegang kuat-kuat tanganku."

"Tuh kan, dia itu sebenarnya baik, Dar. Kamu itu luar biasa di matanya."

"Tapi, Bang, 'masih-masih' itu maksudnya, dia masih mencintai aku. Bukan ... "

"Ups."
--

Bermandikan Cahaya Firdausi

Bertanya dalil pun asmarandana berlabuh di dermaga biru
berdialog bijak pun spiritual menjura di kaki kidung haru,
ketika rintik hujan penawar dahaga rindu taman tandus segala berlalu
ketika sangkala pagi menanti lama silir angin jentikkan ranting-ranting...
rimakan syair syahdu


Apalagi yang mengganti garis meridian peraduan dua mimpi
apalagi yang sanggup deraskan langkah-langkah sepi memapah hari,
ketika getaran pertama rasa mencintai terbetik dengan segenap hati
ketika sayap-sayap janji membawa rahasia dari balik sangkar... 
nuranimu 'kan bersilih


Bunga-bunga di tepian oase kasih sayang itu indah, Sahabat
kala siang menghirup kehangatan paras anggun sang surya di khatulistiwa
malam sudi persembahkan rekahan sajak kesetiaan di altar bulan sabit penuh khidmat
sejarahkan karunia cahaya firdausi, bermandikan makna dari rahim larik-larik...
runduk mazmur kartika sejiwa


Hilangkan debu-debu ragu di atas cermin keberanian!
Terbanglah bersama di peta kemenangan!
Busungkan dadamu!
Engkau Sahabatku

Terimalah kado puisi ini untuk kalian berdua
Kondrad
--
Catatan: Bersambung. Seri sebelumnya : http://fiksirekon.blogspot.com/2011/07/renungan-kepekaan-hati.html
Lirik : http://www.lyrics007.com/Bryan%20Adams%20Lyrics/When%20You%20Love%20Someone%20Lyrics.html
================

Bryan Adams - When You Love Someone lyrics
Songwriters: ADAMS, BRYAN / KAMEN, MICHAEL / PETERS, GRETCHEN

When you love someone you'll do anything 
You'll do all the crazy things that you can't explain 
You'll shoot the moon put out the sun 
When you love someone 
You'll deny the truth believe a lie 
There'll be times that you'll believe 
you can really fly 
But your lonely nights have just begun 
When you love someone 
When you love someone you'll feel it deep inside 
And nothin' else can ever change your mind 
When you want someone - when you need someone 
When you love someone 
When you love someone - you'll sacrifice 
You'd give it everything you got and 
you won't think twice 
You'd risk it all - no matter what may come 
When you love someone 
You'll shoot the moon - put out the sun 
When you love someone 




Tak Butuh Protokoler Sendu Sedan Kemerdekaan

Mencium Sang Merah Putih

Pada Tuan-Tuan Perangkai Kata Pengisi Kemerdekaan
bunga-bunga karang kami bukan hanya titisan tapaan perjuangan
gema sukma pusara-pusara lantang membahana selamanya,
merah darah pekat merasuk dari sonar dawai keberanian
putih tulang-tulang meruap penuhi relung kesucian
dengan junjung hormat... dengarkan,
Buang saja pameran moralmu!
agar menguaplah liur sampah-sampah berbusa,
jalan cerita kelam pengkhianatan bangsa

Pada anyaman tikar bermozaik zaman,
menyembah nyiur peradaban melambai kaku nan kelu
Tak cukupkah malu tepian pantai berkecipak suara,
angkara murka merajam mereka tidak henti-henti?
bukti.. bukti.. bukti ... sampai di ujung jembatan,
panorama berlapis emas segenap taman pualam kemerdekaan,
tak butuh penjajahan baru itu

Sekian lama lembaran kesadaran membisu dalam seteru
pendulum kedaulatan di tangan kami,
berganti wajah para loyalis partai pongah berdasi
rakyat miskin tegarkan hati, terjajah kebodohan arti

Sekian lama lecutlah kedua tangan perkasa dan berkata sama,
Ijinkan Merah Putih mencakar langit dari ujung tiang bendera
agar meluap dari kawah-kawah nusantara, mutiara-mutiara pretasi bersama lahar nyali
agar raib dari segala tajam sembilu, terpekur perjuangan suci anak-anak negeri
Membuang segala pengap di kolong langit harga diri, maaf...
tak butuh hipokrit ala demokrasi itu

Pada ngarai dan lembah persada,
Mengapa tidak engkau relakan pusaka leluhur,
abadi berlapis gumpalan-gumpalan harapan pertiwi menghayati?
Kami yang telah sejarahkan singgasana patriotisme
hanyalah fosil-fosil mayat tak berarti, terbungkus tahta pahlawan,
terbuang sia-sia dengan monumen batu, bagai anak tiri di alam nagari
Sampai kapan duhai pewaris JAS MERAH*, kejujuran teringkar mengiba dispensasi
demi angka-angka luhurkan citra nasionalisme diri?

Wahai titian waktu, terasa derai air mata kharisma bendera tak cukup membasuh
wajah-wajah pembawa titipan abu datang dan berlalu,
berpaling dari hadapan api atma pengabdian,
cahaya panji-panji kesetiaan AMPERA

Usai sudah wangi kemboja di rebahan raga, seraya tak sanggup ratapi janji demi janji,
jika memang jawaban tak lagi sudi binarkan bangga menyakal dalam dada,
Mengapa harus sekian kali, ku titipkan bangsa ini?*
Janganlah sekalikali ludahi tanah di atas makam 
dengan kidung penghormatan, tanpa warisan jiwa kami
Tak butuh protokoler sendu sedan itu

Catatanan :
*) Yang sering diucapkan Soekarno.
Renungan (impersonal) Hari Kemerdekaan, dari pesan Pahlawan Nasional, Satu Kata Dengan Perbuatan.
Sumber gambar : Mencium Sang Merah Putih 
Teman inspirasi dari sumber youtube : http://youtu.be/G46xAXYOQFg