derap kaki-kaki, melangkah
Adakah
nyawamu juga,
nyawaku?
.........
Wahai engkau di bilik bungker
lama kawat-kawat berduri, angker
Adakah
sangarmu juga,
sejarahku?
.........
Tangis ayah ibu mereka, kering-kering
ratapan aktivis perubahan, debu jalanan
Adakah
dengan RECTSTAAT
haruslah jalan itu mengental,
MEMERAH?
........
Kemanusiaan kita, muntahan beraroma
kebohongan demi kebohonganmu
terseduh nyawa-nyawa
serasa benar-benar segar
engkau minum
Sekarang tanyalah siapa
mayat-mayat itu siapa bagi kita?
Adalah,
perih dahagamu
membungkam,
..........
Silahkan berbisik-bisik
tertawa lepas di raga mereka*
dan lihat
di sana, ada sisa mulut muliamu
di meja langit tirani, ada sisa ayat-ayat tangan besi
Bendera kita bertanya ;
Adakah,
limbah hitam
kotori orasi dari air ludah,
kejujuranmu?
..........
Wahai engkau, apa hiraumu?
sampai berabad-abad nanti
bendera itu setengah tiang Saudara
Berkibar-kibar dengan goresan tinta emas ;
Adalah nyata bertanya di atas lembaran sejarah,
....Negeriku negerimu satu, suara menggelegar ikrar sejiwa
....Tapi mengapa bagimu Indonesia, mereka bukan milik kita
_______________
*)Korban tragedi Semanggi, alm.Munir Said Thalib,
juga korban Penghilangan Paksa sahabat aktivis.
Reposting dari Kompasiana/BangKemal
Referensi inspirasi puisi dari Youtube : Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu - Wiji Thukul