Balada Jukung Kelana (Fiksi Kolaborasi Sumpah Pemuda)
Momen I/ Mari Bertanya
Hening terkesima benak melarung, tenang landaikan riak jukung
bagaikan lembut gemulai ombak menggetar rasa
berpangku teduh di hibahan suarga nusantara
upakara isi jiwa damai turun-temurun, ialah berhikayat sejarah
terpatri dalam pranata ini jiwa, sakaguru harinurani kita MERDEKA
karunia keilahian itu sesungguhnya, hanya karna Allah
Bangkit berdiri di atas jukung, alunan nada selaras membawa
angin bersilir manja membelai wajah, mata terpana permadani nusantara
memuja elok untaian ratna manikam, sekejap degub menahan nafas, bangga
balada rindu ini, rindu tembang bergema
Duhai cinta anak nagari, dendang sang atma riang menari
memercik buih-buih di nuansa peradaban bangsa-bangsa
entah kemana jukungku kelana, saatnya tersesap tanya ;
Berteriak sudah gegap gempita, saat memori terikrar sama
Lama merekat sejarah bersimbah darah,
tonggak nasip pun sama samsara
derak kertak batang leher junjung duli seni negara
namun dera dan tulah tak jua kita jera
Mengapa dingin kian memiris nadi, lesu gelora mendekap suara
Inikah keutamaan titian emas, satu dalam pengabdian kata-kata
Inikah titisan kuasa langit utopia, sanubari menjilat ludahnya sendiri
Semakin busuk dan karat daya juang menguasai
serasa derap menyentak dada
gelora itu binasa
Momen II/ Krisis Akhlaki
Di kala kulit dan otak orang lain punya kita pakai
hakekat jiwa bernas pun berlabuh menepi
tiada lagi tangan tergenggam harmoni
seni budaya berterali degradasi
negasi nilai asri lestari
Berpuluh-puluh tahun ribuan jukung tersingsing badai
kandas terhempas, karam, berserakan kerangka di dasar karang
nihilkah kearifan kepemimpinan nagari ayomi,
pemimpin bijak bestari, berprinsip, bernyali
sulur leluhur seakan tercerabut paksa,
arak-arakan menggiring keserakahan dengan pasti ;
Jukungku pura-pura berpancasila
jukungku buta bernama serakah
budaya baru berbusa rentan meracuni akal budi
bangsaku berlarat-larat dalam segara tabiat korupsi
Jaman gamang memiuh makna bersatu menjelma
seribu anak panah nalar lugas menghunjam, ujudlah krisis akhlaki
terbang-terbang ia seperti binatang penyerbuk milenium
di kaca-kaca dependensi
pembangunan niraksara berdikari
daya pusaka termangsa obligasi
Kawan! ini cara pandang, ini waktu, ini visi
berpura-pura
--------Keterangan :
Selamat Hari Sumpah Pemuda
Fiksi kolaborasi BangKemal - Sunny Huang
Momen III/, dipersembahkan untuk FPK
Referensi musik Youtube Chopin Larung : http://youtu.be/PWR157d4AWI
Link terjemahan sebagian lirik (berbahasa Bali) ;
http://aprilsnotes.wordpress.com/2011/06/08/chopin-larung/
Reposting dari Kompasiana/BangKemal, 28/10/2011.
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/28/balada-jukung-kelana-fiksi-koloborasi-sumpah-pemuda/