Revolusi

Momen Kuda Lumping*

Kuda lumping dicanteli. Master bersedia mandi. Satu botol parfum Ojo Lali mengguyur, fantasi mendahului isi. Ekstrak nilam bauran kapulaga, kayu ambar juga aras Virginia, sedikit rum pada aldehida. Aura berpadu lembayung muda, semburat bara intens membura.

Master dan Maestro bersisikan yupa prasasti. Inskripsi memashurkan pampasan abiotik abece yang sarat bagi-bagi hasil koloni waham dan pembanalan. Master tanpa sungkan melisan sejumlah sepak terjang automimesis, melisankan konsentris yang mengakali keutuhan Huha dan kodrat manusia. Standar dualitas grambyang mengiang-ngiang merambah seluruh tekstur Huha. Jutaan warna tersisa dua, hitam dan putih.

Gadis-gadis tertegun harum kimia tubuh lebih dari ambisi romantisme. Serupa medium penyetara histeria, ribuan permata memijari kerlingan nur bersilih-silih. Anak-anak hujan bersenggayut di bibir genteng teras, kebeninganlah yang menyerindai pesan. Rasa merenik-renik hilang asas. Waktu menyunsum kehidupan hilang orientasi. Konserto monoton melangkas rela. Mereka rela mendayu-dayu sebelum jatuh meraras kesah. Mereka rela tengadahkan kenangan mengampu tiada. Mereka rela menerima tempiasan sadar tiada. Pengayaan lirik tertitipkan mahia pun tiada.

Isak tangis nan sepi berubah decak haru segala elu-eluan kawula, segara pilu-lupa juga tua tercabik-cabik tiada. Pundi-pundi koin emas bertekstur ‘basileus herodon’ tring-tring bergemerincing menyetarakan keseakanan dedahanan zaitun, lambat laun derak-derak yang menuntun konsistensi pun tiada.

Tangan kiri membelai jurai, tangan kanan melambai-lambai. Ritual citra-citraan mendekat usai, skenario elegi menanti badai. “Ayo, kuda lumping! Perjuangan mulia memanggil kita.”

Betapa bersusah payah ruwatan meridian memisahkan hasil keringat melerai deraian di tapak tangan kepada serenteng detik menyaksikan serah kuasa yang dilangkahi kaki berkali-kali di depan mata, dirgantara dicahayai ribuan blitz. Master terbang, Maestro tumbang.

Sebagaimana Huha sekejab mata di belakang pembaca, Leonardo da Vinci rekaan Freud dan ratusan tahun berantara, kepadaan mahatahu nihil kaki, nihil isi. Jangankan ringannya lidah yang bercabang memasung sejarah serat-serat perangai ganas mencacati, kapanpun di manapun dengan ringan hati, Master benar-benar luar biasa. Tiada lagi perih juga suka, bahagia juga nenar mempertaruh jiwa-raga, sine ira et studio. Pemeo apa lagi yang Master belum? cura te ipsum. Pengangkangan massal kepadanya harus diperkaku-kikukkan, elan-elan baru kausaksi. Ini momen revolusi. Kuda lumping melayang-sungsang, penunggang tersungkur-hilang.

*******
Pasemon kuda lumping bermakna konseptual, Profesor?”
“Ya, memang tidak mesti. Cari akar masalah dan lepaskan beban. Pendekatan ini terkait revolusi.”




Catatan:
*) Draf serial yang masih acak.
Serial lain terkait:
Catatan tentang Inspirasi
Combro Terdistorsi Tsunami
Kami Bandwagon-mu
Eufemisme Diskriminasi
Mahatahu yang Entah



Untill It's Gone

A fire needs a space to burn

A breath to build a glow
I've heard it said a thousand times
But now I know

That you don't know what you've got

Oh you don't know what you've got
No you don't know what you've got
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

I thought I kept you safe and sound

I thought I made you strong
But something made me realize
That I was wrong
'Cause finding what you got sometimes
Means finding it alone
And I can finally see your light
When I let go

'Cause you don't know what you've got

Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

Until It's Gone

Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

'Cause you don't know what you've got

Oh you don't know what you've got
No you don't know what you've got
It's your battle to be fought
No you don't know what you've got
Until It's Gone
Until It's Gone
Until It's Gone

Read more: Linkin Park - Until It's Gone Lyrics | MetroLyrics