Paragraf Saksi (II)


Lembar Pertama : Puisi Anakku Terbilang

malam kami menarik bulan saat merasakan panasnya mentari karna siangmu liurkan mentari saat tanganmu sedingin malam 

genggam tajam tawatawa setajam pisau palet di kanvas jiwa memiara babaran surga baru di diam merejam jawablah jika ingin tidaklah lagi  sandarkan kalam  merahimi

engkau yang tiadakan aksara manakala hirasmu menyeberangi arah sebenarnya ingin mendengar mu buta selayaknya embunembun berpangku sebelum tiba  fajar merangkai tepian sadar dedaunan begitulah di reranting mimpi menandakan jiwamu kusumakusuma yang tidak akan  meniadakan cahaya bersangkar lupa katakanlah diammu melalui rahasia  mereka

         jika sedari dulu ada di tangan kiri bom waktu karna di tangan kanannya pupapupa  dari rumah kaca berkatarak sunyi  dia menjauhkan mata batinnya bermakna dengan segala alasan dan cara  terbuka misteri waktu dan kebenaran cara mereka memperlakukan


Renungan Bara’
Belum tentu kehamilan di luar nikah hanya disebabkan kesalahan pergaulan remaja. Karena “sebab” tidaklah berdiri sendiri.
-----------------------------------------

Puisi terkait sebelumnya :
Puisi berikut : Mereka Julukiku Hanya  (I) – Lembar Akhir : Puisi Anakku Terbilang