Seminggu telah berlalu. Tiba-tiba saja aku dipanggil rekan-rekan kantor, "Kondrad, cepat, dipanggil bos." "Ada masalah apa?" "Abang saja yang dengar langsung berita duka." "Loh, siapa?"
Sahabat-sahabatku berlalu dengan kepala tertunduk. Aku segera masuk ke ruang pimpinan, "Sore, Pak. Saya dipanggil?" "Kondrad, aku minta maaf. Tinggalkan kerjaanmu segera. Kita berangkat ke rumah sakit. Darton kecelakaan tadi di luar. Pendarahan di hati karena tabrakan dengan angkutan kota yang berhenti mendadak." "Kok bisa? keadaannya sekarang, Pak?" "Udah, ikut saja! sebagian karyawan sudah diijinkan ke sana."
Sahabat-sahabatku berlalu dengan kepala tertunduk. Aku segera masuk ke ruang pimpinan, "Sore, Pak. Saya dipanggil?" "Kondrad, aku minta maaf. Tinggalkan kerjaanmu segera. Kita berangkat ke rumah sakit. Darton kecelakaan tadi di luar. Pendarahan di hati karena tabrakan dengan angkutan kota yang berhenti mendadak." "Kok bisa? keadaannya sekarang, Pak?" "Udah, ikut saja! sebagian karyawan sudah diijinkan ke sana."
--
Kami melangkah masuk ke ruang darurat. Tampak suasana kerumunan lengang dan sepi. Sekali-kali terdengar isak tangis. Hatiku kalut terbawa kegundahan dan sigap memandang dengan seksama. Suasana hening jeritkan kelam dalam kebisuan.
--
Seorang wanita berambut panjang di sudut kanan ruangan menarik perhatian. Sorot matanya menatap tajam kedua mataku. "Ada apa ini? Mungkinkah?.. Ah, tidak. Tidak mungkin ini terjadi," pikiranku mereka pesan bisu. Aku berusaha membaca guratan apa yang kini ia alami. Mata yang berkaca-kaca itu bercerita tentang kehampaan. Tentang lepasnya sebagian jiwa. Harapan yang telah lama bersemayam dan tertahta lubuk hati, tidak mungkin berubah semudah keinginan raga. Mata sayu itu menyerahkan kesuraman sunyi. Barisan aksara tidak dapat lagi mewakili alam nalarnya. Sebuah kehancuran tanpa batas rasa. Hampa cahaya gelap pekat, saat-saat terbayangkan kepedihan menerima sebuah hakekat di balik kesempurnaan manusia. Debu kembali menjadi debu. Sirnalah semua kebahagiaan yang terjalin selama ini, dari tali kasih yang terikat erat pada janji-janji.
--
Ia menghamburkan badannya, menahan semua beban berat batin, dengan kedua tangan terkepal keras, dan tertahan di satu pundakku. Tangisan histeris seketika memecah tembok keheningan. Gema-gema suara seakan menyatakan suatu akan terlepas bebas. "Cukup, pergilah, aku telah lumpuh untuk bisa menahan semua beban batin." Sejenak ia terdiam, ... merebahkan kepala tanpa sadarkan diri. Ya, tubuh itu jatuh perlahan, sebelum lirihkan satu demi satu kata-kata penyerahan ;
Aku melihat kekasihku
Tuhan, dialah yang ada dalam setiap tetes air mataku
yang mengalir bersama doa-doa, selama ini
Sekarang......, aku harus menerima jiwanya
menjadi butiran-butiran, untuk selama-lamanya
dalam kesia-siaan
Aku telah melihat kebesaranMu,
dialah satu-satunya hadiah, yang telah Engkau berikan
dialah yang telah berjanji, akan mendampingi hidupku
dialah..., kepadanya aku serahkan janji kesetiaanku
hanya kematian, yang memisahkan kami
Tetapi...
mengapa harus sekarang terjadi perpisahan ini?
mengapa aku harus menerima cara perpisahan ini
Mengapa....
ijinkanlah semua deraMu ini berlalu
Mengapa Engkau mengambil satu-satunya
harapan yang telah aku miliki
inikah artinya cinta sejati itu
Mengapa aku tidak Engkau sisakan sedikitpun waktu
dia mengucapkan satu saja kata akhir perpisahan, di pangkuanku
Mengapa........., tidak ada jawabanMu
Tuhan..., belumlah saatnya.. belumlah ini saatnya
tetapi jila Engkau memaksakan kehendakMu
semua tiada berarti lagi, ijinkan aku pergi bersamanya
Sekarang juga Tuhan,... padaMu kuserahkan seluruh jiwa ragaku
Ambilah semua milik hidupku
sekarang juga............................................................................................
--
Jelas ia tidak bisa menerima dan mengerti cara Tuhan mengambil kebahagiaannya. Arinah hanya bisa menemukan tubuh terkapar kaku di tempat pembaringan itu. Ia sahabatku, Darton. Ia diam untuk selama-lamanya.
Catatan : Bersambung. Seri sebelumnya : http://fiksirekon.blogspot.com/2011/08/kau-sahabatku-tinggalkan-ragu.html
Sumber lirik : http://www.sing365.com/music/lyric.nsf/Penelope's-Song-lyrics-Loreena-McKennitt/16F05E2D3422D2A04825721F00116EF6
Referensi Youtube : http://youtu.be/Q2uz08QQtQc
==============================
Penelope's Song Lyrics
Artist(Band): Loreena McKennitt
Now that the time has come
Soon gone is the day
There upon some distant shore
You'll hear me say
Long as the day in the summer time
Deep as the wine dark sea
I'll keep your heart with mine.
Till you come to me.
There like a bird I'd fly
High through the air
Reaching for the sun's full rays
Only to find you there
And in the night when our dreams are still
Or when the wind calls free
I'll keep your heart with mine
Till you come to me
Now that the time has come
Soon gone is the day
There upon some distant shore
You'll hear me say
Long as the day in the summer time
Deep as the wine dark sea
I'll keep your heart with mine.
Till you come to me