Puisi Paranoia Pecinta Maya

Manjakan analisa, tajam di ujung pedang
peduli apa kabut malam, terang meredup asa pun mengerang
Hanyut dalam benak absolut, hem, insinuasi pun sesaat dipajang
purna sudah kebencian, hem, lukisan bunga karang

Kecuali hanya satu atas nama kasih dan cinta,
muakku lama jelmakan duri perdu bermahkota
Kecuali hanya satu cahaya damai di mata,
cintaku lama membuta karena jiwa paranoia

Paruh elang angkasa aksara, memagut helai sutera penghalang
merobek, mengoyak, menyingkap,... sungguh, engkau senang
Debu dari ukuran status, “alat bukti” berganti pasir tak bertuan
kering-kerontang nalar dahan-dahan, rinai hujan jua sonar penantian

Kecuali satu, kamu begitu, aku begitu, lugu kita bertala-tala
aku tebar dusta di depan majelis setan maya
Kecuali dendam, matilah kamu,.. aku bekukan darahmu selama-lamanya
di atas sadarku laksana maha daya seribu roman terindah

Sedari dulu katup waktu tak jemu mengerangkeng bimbang, hilang
Sedari dulu aku tidak bisa lebih elegan, tidaklah bantah, menantang
Bungkus saja sisa-sisa delusi, sedimen stigma mengawang-awang
tak mengemis, tak ragu, tak lari,.. ngung-ngung, sapi saja yang terbang

Di Bawah Duli Sang Bunga Karang*, sedari dulu engkau bebas muntahkan tudingan
Merindingkah aku hanya karena kaliber hippo algojo kera judes edan?
Ludahi saja ini wajah sepuasmu,.. itu sudah lama terbayangkan
Hai, sumpah mati kalau bersuah,... gantian,
kugigit ujung jarimu yang menohok benci-bencian

Salam muahahaha dari tukang ojek*



Catatan khusus : *)Tidak ada yang istimewa. Hanya, suer, hanya rasa "sesaat" bercanda. Namanya juga dunia maya. Kalau buruk, jangan terpuruk. Vote sendiri dulu, aktual. Ah, kita di dunia maya terkadang seperti klip funny babies chatting di youtube ini. Artikan sebagai maafku. Diterima atau tidak,... muahahaha.