Kalammu Litani Alam
tidak terkecuali kecilnya perubahan sebelum menyerahkan
hamburan sesal berserapah di lingkar air, awan yang hujan,
dan tujuan yang menghargai satu rangkulan kesemestaan
wahai saudara, rujukanmu terdengar,
“bukanlah aku yang pertama, bukanlah aku yang mulai”
wahai sahabat alam, kalammu litani :
katakan kecil itu beralaskan kepasrahan, aku cahaya harapan di fajar keemasan
katakan kecil itu rahimkan keramahan, aku semestamu pesangrahan ketenteraman
katakan kecil itu kristalkan iklas di tetesan peluh, aku karang tumpuan kemahiran
katakan kecil itu tersadar juga lupa, aku tidaklah mengemis detik-detikmu renungan,
“aku memberi dengan a p a yang engkau berikan”
kepergian demi kepergian bagai lelangit berteater
ambang batas sejak berpulasan mewajar, menjalar
kultur memungkinkan canting air mata kekhilafan
menjulur sulurnya berujung jari-jari menyeka
tentang keseharian aku di telapak tanganmu adalah
tentang esok berstatus tunas, tumbuh tanpa kutikula,
predator etika di sekujur hati kita dan di jantung mereka,
“tega pun kini, pahit memelas tragedi”
tidakkah tegukan sukma di ladang merdeka
angka-angka karangan bunga bisa lebih baik
**
Referensi lagu : Masih Ada Waktu, Ebit G Ade